Sukacita dan Pembaruan
( 2 Tawarikh 30: 23-31:1 )
Hal inilah yang sangat didambakan oleh penulis Tawarikh. Jemaat pascapembuangan, masih rindu merayakan karya dan pembuatan Allah yang besar, yang tidak hanya bagi nenek moyang mereka, tetapi juga bagi diri sendiri. Tidak hanya Yehuda dan para imam, tetapi juga orang Israel Utara yang bergabung dan orang asing ikut bersama-sama merayakan dengan sukaria (25). Melalui kesatuan ini, kejayaan Israel seperti zaman Salomo terulang kembali (26). Bahkan, ada beberapa kesejajaran dengan Salomo yang sengaja disebutkan penulis Tawarikh, yaitu lamanya perpanjangan hari raya (lih. 7:8-10) dan jumlah kurban yang cukup besar (7:5).
Saat para imam Lewi berdoa dan memberkati rakyat, penulis Tawarikh mencatat bahwa “suara mereka didengar TUHAN dan doa mereka sampai ke tempat kediaman-Nya yang kudus di surga” (26). Kalimat ini didasarkan pada kata-kata yang diucapkan Salomo dalam doanya pada 6:21,33, dan 39. Artinya Allah berkenan mengampuni dosa mereka (6:21, 39c), akan bertindak bagi mereka (6:33), dan memberikan keadilan bagi umat-Nya (6:39b).
Umat yang bersukaria dan menerima rahmat dari Allah ini tidak langsung berpuas diri. Mereka melakukan reformasi keagamaan dengan menghancurkan segala bentuk penyembahan berhala, “sampai musnah semuanya” (31:1). Melalui peristiwa ini , nyata bahwa yang dipentingkan umat dari perayaan Paskah bukanlah mencari pemuasan pengalaman rohani semata, tetapi bagaimana mereka dapat mempertahankan ketaatan dan rasa takut akan Allah.
Renungkan: Persekutuan sejati antarsesama umat Tuhan seharusnya tidak dinodai perseteruan, sabaliknya menghasilkan sukacita dalam persatuan, dan kerinduan membara untuk terus menguduskan diri bagi Tuhan.
Saat para imam Lewi berdoa dan memberkati rakyat, penulis Tawarikh mencatat bahwa “suara mereka didengar TUHAN dan doa mereka sampai ke tempat kediaman-Nya yang kudus di surga” (26). Kalimat ini didasarkan pada kata-kata yang diucapkan Salomo dalam doanya pada 6:21,33, dan 39. Artinya Allah berkenan mengampuni dosa mereka (6:21, 39c), akan bertindak bagi mereka (6:33), dan memberikan keadilan bagi umat-Nya (6:39b).
Umat yang bersukaria dan menerima rahmat dari Allah ini tidak langsung berpuas diri. Mereka melakukan reformasi keagamaan dengan menghancurkan segala bentuk penyembahan berhala, “sampai musnah semuanya” (31:1). Melalui peristiwa ini , nyata bahwa yang dipentingkan umat dari perayaan Paskah bukanlah mencari pemuasan pengalaman rohani semata, tetapi bagaimana mereka dapat mempertahankan ketaatan dan rasa takut akan Allah.
Renungkan: Persekutuan sejati antarsesama umat Tuhan seharusnya tidak dinodai perseteruan, sabaliknya menghasilkan sukacita dalam persatuan, dan kerinduan membara untuk terus menguduskan diri bagi Tuhan.