Sombong vs Rendah Hati
(Lukas 18: 18-30)
Orang yang sombong biasanya mengukur kesuksesan diri sendiri dengan ukuran yang dipakai oleh dunia ini. Misalnya, dia merasa bahwa dirinya sukses di dunia ini karena memiliki kekayaan, atau kuasa, atau kepintaran yang melebihi rekan sekerjanya, atau orang lain. Tidak jarang orang sombong berusaha menghafalkan berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan akan kesuksesannya.
Jelas pemimpin yang datang kepada Yesus merasa bahwa dirinya sudah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai orang yang taat kepada hukum Taurat sehingga ia berani mengajukan pertanyaan: “apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal” (18). Ia siap untuk merespons jawaban Yesus dengan mengatakan: “Saya sudah melakukan semuanya” (21). Cara mengajukan pertanyaanpun sudah memperlihatkan sikap menjilatnya. Ia menyebut Yesus sebagai guru yang baik.
Yesus segera menjawab dengan menegur sikap menjilatnya itu. Yesus terus menekan orang tersebut dengan membongkar dasar kesombongannya, yaitu kekayaannya. Ia harus meninggalkan semuanya itu supaya benar-benar dapat mengikut Tuhan, dan dengan demikian dapat masuk ke Kerajaan Allah (22). Ternyata orang itu tidak siap untuk menanggalkan kekayaannya.
Para murid bersikap sebaliknya. Mereka sudah meninggalkan semua ikatan dunia ini supaya dapat mengikut Yesus. Mereka telah merendahkan hati untuk menyadari bahwa semua prestise dunia tidak dapat membawa mereka kepada Allah. Oleh karena mereka tidak menyandarkan diri kepada sukses ala dunia ini, maka mereka justru dianugerahkan segala sesuatu yang mereka telah tinggalkan (30). Merekalah yang dapat disebut orang-orang sukses.
Renungkan: Allah siap menganugerahkan segala hal kepada orang yang rendah hati. Kesombongan membawa kepada kejatuhan, kerendahan hati kepada kesuksesan.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Lukas Bagian ke-2 hari ke-26
Jelas pemimpin yang datang kepada Yesus merasa bahwa dirinya sudah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai orang yang taat kepada hukum Taurat sehingga ia berani mengajukan pertanyaan: “apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal” (18). Ia siap untuk merespons jawaban Yesus dengan mengatakan: “Saya sudah melakukan semuanya” (21). Cara mengajukan pertanyaanpun sudah memperlihatkan sikap menjilatnya. Ia menyebut Yesus sebagai guru yang baik.
Yesus segera menjawab dengan menegur sikap menjilatnya itu. Yesus terus menekan orang tersebut dengan membongkar dasar kesombongannya, yaitu kekayaannya. Ia harus meninggalkan semuanya itu supaya benar-benar dapat mengikut Tuhan, dan dengan demikian dapat masuk ke Kerajaan Allah (22). Ternyata orang itu tidak siap untuk menanggalkan kekayaannya.
Para murid bersikap sebaliknya. Mereka sudah meninggalkan semua ikatan dunia ini supaya dapat mengikut Yesus. Mereka telah merendahkan hati untuk menyadari bahwa semua prestise dunia tidak dapat membawa mereka kepada Allah. Oleh karena mereka tidak menyandarkan diri kepada sukses ala dunia ini, maka mereka justru dianugerahkan segala sesuatu yang mereka telah tinggalkan (30). Merekalah yang dapat disebut orang-orang sukses.
Renungkan: Allah siap menganugerahkan segala hal kepada orang yang rendah hati. Kesombongan membawa kepada kejatuhan, kerendahan hati kepada kesuksesan.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Lukas Bagian ke-2 hari ke-26