Rancangan Damai Sejahtera
(Yeremia 29: 1‐14)
Rencana Tuhan untuk membuang umat‐Nya ke Babel sudah final. Yehuda akan tinggal disana selama tujuh puluh tahun (8‐10). Hal tersebut tidak dapat diganggu gugat lagi. Karena itu, Yeremia meyakinkan umat untuk menerima situasi mereka dan belajar percaya bahwa hal itu dirancangkan‐Nya untuk membawa damai sejahtera bagi mereka, bukan malapetaka (11). Dengan menerima hukuman ini, umat dituntun menuju pertobatan supaya mereka dapat kembali merasakan tangan kasih Tuhan serta penyertaan‐Nya (12‐13). Pada akhirnya, Yehuda akan mengalami pemulihan yang berasal dari Allah sendiri (14). Kuncinya adalah ketaatan dan menerima pendisiplinan dari Tuhan.
Ditengah kesedihan dan penderitaan akibat penjajahan bangsa Babel, Allah justru berfirman melalui Yeremia agar mereka tinggal dan bekerja dengan baik di sana. Mereka diminta untuk berusaha dan mengupayakan kesejahteraan bangsa yang menjajah mereka (5‐7). Perintah ini ditujukan supaya umat Allah berhasil memenuhi tujuan Tuhan dalam hidup mereka, yaitu menjadi berkat bagi bangsa‐bangsa (bdk. Kej. 12: 2‐3). Di sisi lain, Tuhan juga mendidik umat‐Nya untuk tetap taat dan menjaga kekudusan hidup di tengah‐tengah bangsa yang tidak mengenal Allah. Ia merencanakan hal ini untuk menggenapi misi umat Perjanjian, yaitu menjadi teladan bagi bangsa lain sehingga mereka semua pada akhirnya dapat mengenal Allah yang hidup dan beribadah kepada‐Nya sebagai satu umat (Kel. 19: 5 ‐ 6).
Renungan hari ini mengingatkan umat Tuhan bahwa kita juga dipanggil menjadi berkat dan teladan bagi orang lain yang belum mengenal Tuhan di mana saja. Dengan demikian, damai sejahtera‐Nya menjadi nyata di bumi.
Renungkan: Sudahkan kita menjadi teladan dan berkat bagi orang‐orang di sekeliling kita, baik itu keluarga hingga bangsa? Kita dapat memulainya dengan memberikan senyuman kepada tetangga, memerhatikan dan berdoa bagi keluarga yang belum percaya.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Yeremia hari ke‐41
Ditengah kesedihan dan penderitaan akibat penjajahan bangsa Babel, Allah justru berfirman melalui Yeremia agar mereka tinggal dan bekerja dengan baik di sana. Mereka diminta untuk berusaha dan mengupayakan kesejahteraan bangsa yang menjajah mereka (5‐7). Perintah ini ditujukan supaya umat Allah berhasil memenuhi tujuan Tuhan dalam hidup mereka, yaitu menjadi berkat bagi bangsa‐bangsa (bdk. Kej. 12: 2‐3). Di sisi lain, Tuhan juga mendidik umat‐Nya untuk tetap taat dan menjaga kekudusan hidup di tengah‐tengah bangsa yang tidak mengenal Allah. Ia merencanakan hal ini untuk menggenapi misi umat Perjanjian, yaitu menjadi teladan bagi bangsa lain sehingga mereka semua pada akhirnya dapat mengenal Allah yang hidup dan beribadah kepada‐Nya sebagai satu umat (Kel. 19: 5 ‐ 6).
Renungan hari ini mengingatkan umat Tuhan bahwa kita juga dipanggil menjadi berkat dan teladan bagi orang lain yang belum mengenal Tuhan di mana saja. Dengan demikian, damai sejahtera‐Nya menjadi nyata di bumi.
Renungkan: Sudahkan kita menjadi teladan dan berkat bagi orang‐orang di sekeliling kita, baik itu keluarga hingga bangsa? Kita dapat memulainya dengan memberikan senyuman kepada tetangga, memerhatikan dan berdoa bagi keluarga yang belum percaya.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Yeremia hari ke‐41