Problema Kefasikan
( Mazmur 10 )
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Hampir tidak ada orang yang sepenuhnya ateis. Namun masalahnya, banyak orang yang mengakui adanya Tuhan tetapi cara hidupnya seolah tidak ada Tuhan. Mengapa bisa demikian? Menurut pemazmur, sikap ini dikarenakan orang yang menyembah Allah justru menempatkan Allah sedemikian transendens, sangat jauh dan tidak tersangkut paut lagi dengan dunia nyata (4,11).
Di sisi lain, kita juga menemukan adanya kelompok fanatik yang menindas kelompok minoritas atas nama Tuhan mereka. Bahkan tak jarang hidup mereka penuh kemunafikan, seolah meneggakan kebenaran namun hidup dalam kenajisan. Kondisi mereka mungkin lebih parah daripada orang-orang fasik dalam mazmur ini yang berpikir bahwa dengan cara jahat itu justru sedang menjadi alat Allah. Kondisi ini diperparah dengan sikap Tuhan yang seolah bungkam (1), sehingga para musuh yang jahat semakin tambah berani berbuat jahat dan meremehkan bahkan menista Tuhan (2-3, 13)?
Namun pemazmur menolak melepaskan harapannya pada Tuhan. Ia sadar bahwa Allah tidak bungkam dan pasif, tetapi akan bertindak membalas kejahatan sesuai dengan keadilan-Nya (13-14). Pemazmur meletakan problema masa kini dalam prespektif eskatologis (tindakan Allah di masa depan di akhir zaman).
Renungkan: Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan yang adil. Semua orang benar yang berlindung pada-Nya pasti akan Dia bela. Jadi kalau kita sedang dalam posisi tertindas, diperlakukan tidak adil, segala hak kita dipasung, jangan putus harap pada Tuhan kita. Juga jangan habis akal dan sabar! Lihatlah ke atas dan ke depan, ke Tuhan yang bertakhta dan yang sedang bergerak datang dari masa depan untuk menghakimi dengan adil.
Di sisi lain, kita juga menemukan adanya kelompok fanatik yang menindas kelompok minoritas atas nama Tuhan mereka. Bahkan tak jarang hidup mereka penuh kemunafikan, seolah meneggakan kebenaran namun hidup dalam kenajisan. Kondisi mereka mungkin lebih parah daripada orang-orang fasik dalam mazmur ini yang berpikir bahwa dengan cara jahat itu justru sedang menjadi alat Allah. Kondisi ini diperparah dengan sikap Tuhan yang seolah bungkam (1), sehingga para musuh yang jahat semakin tambah berani berbuat jahat dan meremehkan bahkan menista Tuhan (2-3, 13)?
Namun pemazmur menolak melepaskan harapannya pada Tuhan. Ia sadar bahwa Allah tidak bungkam dan pasif, tetapi akan bertindak membalas kejahatan sesuai dengan keadilan-Nya (13-14). Pemazmur meletakan problema masa kini dalam prespektif eskatologis (tindakan Allah di masa depan di akhir zaman).
Renungkan: Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan yang adil. Semua orang benar yang berlindung pada-Nya pasti akan Dia bela. Jadi kalau kita sedang dalam posisi tertindas, diperlakukan tidak adil, segala hak kita dipasung, jangan putus harap pada Tuhan kita. Juga jangan habis akal dan sabar! Lihatlah ke atas dan ke depan, ke Tuhan yang bertakhta dan yang sedang bergerak datang dari masa depan untuk menghakimi dengan adil.