Perjanjian Darah
(Keluaran 24: 1-18)
Upacara perjanjian yang diadakan antara Allah dengan Israel adalah wujud formal yang memateraikan perjanjian yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Allah sebagai pihak pertama, menawarkan penyertaan dan jaminan-Nya atas Israel (23:20-33). Israel di pikah kedua berjanji taat kepada segenap firman-Nya (24: 3).
Upacara itu dimulai dengan persembahan kurban (5). Darah kurban yang separuh disiramkan ke mezbah (mewakili Allah) sebagai pernyataan kesetiaan Allah kepada Israel. Sisa darah kurban itu disiramkan kepada umat Israel (8) setelah mereka menyatakan komitmen mereka (7). Kurban darah ini merupakan kurban persekutuan karena darah yang disiramkan kepada kedua belah pihak mempersekutukan mereka. Sebagai wujud persekutuan itu, Allah berkenan menampakkan diri kepada umat Israel (10) dan mereka (diwakili para pemimpinnya, ay. 1, 9) menikmati persekutuan dengan-Nya melalui makan dan minum bersama-sama (11). Lalu, Musa mendapatkan tugas khusus naik ke gunung Sinai untuk menerima loh batu berisikan Sepuluh Hukum Allah dan berbagai peraturan rinci mengenai pendirian kemah suci yang akan dijabarkan di pasal 25-40 (12-18).
Kurban darah itu melambangkan kurban Kristus di Salib yang memperdamaikan Allah dengan setiap orang percaya. Allah di dalam Kristus menjanjikan penyertaan dan pemeliharaan-Nya kepada kita yang percaya. Sebaliknya kita pun dipanggil untuk mengikrarkan kesetiaan dan ketaatan kepada-Nya. Secara formal sakramen perjamuan kudus memeragakan kembali upacara perjanjian Allah dengan umat-Nya melalui makan roti dan minum anggur sebagai lambang tubuh dan darah-Nya. Kiranya setiap kali kita menghampiri meja perjamuan kudus, kita kembali menyatakan komitmen kita untuk lebih setia dan mengasihi Dia yang sudah lebih dahulu setia dan mengasihi kita.
Doaku: Tuhan, aku bersyukur karena Engkau setia kepada perjanjian-Mu. Ajarku juga setia dan taat kepada-Mu.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Keluaran hari ke-51
Upacara itu dimulai dengan persembahan kurban (5). Darah kurban yang separuh disiramkan ke mezbah (mewakili Allah) sebagai pernyataan kesetiaan Allah kepada Israel. Sisa darah kurban itu disiramkan kepada umat Israel (8) setelah mereka menyatakan komitmen mereka (7). Kurban darah ini merupakan kurban persekutuan karena darah yang disiramkan kepada kedua belah pihak mempersekutukan mereka. Sebagai wujud persekutuan itu, Allah berkenan menampakkan diri kepada umat Israel (10) dan mereka (diwakili para pemimpinnya, ay. 1, 9) menikmati persekutuan dengan-Nya melalui makan dan minum bersama-sama (11). Lalu, Musa mendapatkan tugas khusus naik ke gunung Sinai untuk menerima loh batu berisikan Sepuluh Hukum Allah dan berbagai peraturan rinci mengenai pendirian kemah suci yang akan dijabarkan di pasal 25-40 (12-18).
Kurban darah itu melambangkan kurban Kristus di Salib yang memperdamaikan Allah dengan setiap orang percaya. Allah di dalam Kristus menjanjikan penyertaan dan pemeliharaan-Nya kepada kita yang percaya. Sebaliknya kita pun dipanggil untuk mengikrarkan kesetiaan dan ketaatan kepada-Nya. Secara formal sakramen perjamuan kudus memeragakan kembali upacara perjanjian Allah dengan umat-Nya melalui makan roti dan minum anggur sebagai lambang tubuh dan darah-Nya. Kiranya setiap kali kita menghampiri meja perjamuan kudus, kita kembali menyatakan komitmen kita untuk lebih setia dan mengasihi Dia yang sudah lebih dahulu setia dan mengasihi kita.
Doaku: Tuhan, aku bersyukur karena Engkau setia kepada perjanjian-Mu. Ajarku juga setia dan taat kepada-Mu.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Keluaran hari ke-51