Pengucapan Syukur
(Kolose 1: 1-8)
Syukur memiliki arti rasa terima kasih kepada Allah. Sedangkan bersyukur biasanya menjadi respons wajar dari seorang beragama ketika mendapatkan atau merasakan sesuatu yang ajaib dari Allah.
Rasul Paulus dan rekan sepelayanannya bukan sekali mengucap syukur, tetapi senantiasa bersyukur. Mereka bersyukur kepada Allah atas karya-Nya yang menarik mereka dari kegelapan ke dalam terang-Nya dan itu bukan hasil usaha manusia. Selain itu, ia juga sadar bahwa penyebaran Injil dan pertumbuhan iman jemaat Kolose tidak lepas dari anugerah-Nya. Meski mereka ada di tengah berbagai ajaran dari guru-guru palsu, namun iman mereka tetap berpusat pada Yesus (2). Sebab itu, Paulus melihat betapa besar anugerah Allah yang memanggil, melindungi, bahkan menumbuhkan iman kepercayaan jemaat Kolose.
Ada tiga hal yang membuat Paulus selalu mengucap syukur pada Tuhan, yakni: Pertama, karya keselamatan yang Yesus kerjakan dalam hidup jemaat Kolose melalui Injil. Dalam anugerah-Nya, Kristus menggunakan Epafras untuk memberitakan Injil yang telah ia terima dari Paulus ketika di Efesus (Kis. 19: 10).
Kedua, bersyukur untuk pertumbuhan iman yang jemaat alami. Salah satu ciri pertumbuhan iman Kristen adalah hidup yang semakin berpusat kepada Kristus (2,4). Di tengah penyesatan yang ada, iman jemaat Kolose tetap teguh dalam firman kebenaran yang telah mereka terima.
Ketiga, bersyukur atas buah iman, yaitu pelayanan kasih (4). Seorang yang sadar bahwa iman keselamatan yang diterimanya adalah anugerah. Iman tersebut seharusnya terwujud nyata dalam kehidupan yang penuh kasih kepada sesama. Sebab, keselamatan yang mereka terima adalah bentuk kasih karunia Allah (6) dan melaluinya jemaat dimampukan mengasihi orang lain. Inilah salah satu bentuk teladan yang Epafras berikan pada jemaat di Kolose (7).
Pelajaran: Bersyukur untuk keselamatan yang kita terima dan nyatakan ungkapan syukur tersebut lewat tindakan kasih kita bagi sesama.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Filipi 1: 1 – Kolose 3: 18 hari ke-16
Rasul Paulus dan rekan sepelayanannya bukan sekali mengucap syukur, tetapi senantiasa bersyukur. Mereka bersyukur kepada Allah atas karya-Nya yang menarik mereka dari kegelapan ke dalam terang-Nya dan itu bukan hasil usaha manusia. Selain itu, ia juga sadar bahwa penyebaran Injil dan pertumbuhan iman jemaat Kolose tidak lepas dari anugerah-Nya. Meski mereka ada di tengah berbagai ajaran dari guru-guru palsu, namun iman mereka tetap berpusat pada Yesus (2). Sebab itu, Paulus melihat betapa besar anugerah Allah yang memanggil, melindungi, bahkan menumbuhkan iman kepercayaan jemaat Kolose.
Ada tiga hal yang membuat Paulus selalu mengucap syukur pada Tuhan, yakni: Pertama, karya keselamatan yang Yesus kerjakan dalam hidup jemaat Kolose melalui Injil. Dalam anugerah-Nya, Kristus menggunakan Epafras untuk memberitakan Injil yang telah ia terima dari Paulus ketika di Efesus (Kis. 19: 10).
Kedua, bersyukur untuk pertumbuhan iman yang jemaat alami. Salah satu ciri pertumbuhan iman Kristen adalah hidup yang semakin berpusat kepada Kristus (2,4). Di tengah penyesatan yang ada, iman jemaat Kolose tetap teguh dalam firman kebenaran yang telah mereka terima.
Ketiga, bersyukur atas buah iman, yaitu pelayanan kasih (4). Seorang yang sadar bahwa iman keselamatan yang diterimanya adalah anugerah. Iman tersebut seharusnya terwujud nyata dalam kehidupan yang penuh kasih kepada sesama. Sebab, keselamatan yang mereka terima adalah bentuk kasih karunia Allah (6) dan melaluinya jemaat dimampukan mengasihi orang lain. Inilah salah satu bentuk teladan yang Epafras berikan pada jemaat di Kolose (7).
Pelajaran: Bersyukur untuk keselamatan yang kita terima dan nyatakan ungkapan syukur tersebut lewat tindakan kasih kita bagi sesama.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Filipi 1: 1 – Kolose 3: 18 hari ke-16