Pemimpin Sejati
(1 Samuel 11: 1-15)
Pemimpin yang baik memiliki kepekaan akan kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya. Selain itu, ia juga memiliki empati terhadap pergumulan bawahannya dan memiliki hikmat ikut andil mengatasi persoalan mereka.
Pilihan Tuhan atas Saul terbukti tidak salah, walau beberapa orang menghujat Tuhan dengan meremehkan Saul ( 1Sam. 10:27 ). Waktu yang akan membuktikan semuanya itu, apakah Saul dapat dianggap orang yang tepat memimpin bangsa Israel. Saat Yabesy-Gilead dihina oleh Nahas, raja Amon, oleh Roh Allah Saul bangkit. Pertama, Saul menunjukan kepedulian Ilahi atas penderitaan yang dialami sebagian umat-Nya (6). Kedua, Saul menggunakan otoritas yang Tuhan berikan kepadanya untuk menantang bangsanya bersatu melawan musuh (7-8). Saul memberikan semangat dan pengharapan kepada orang-orang Yabesy-Gilead bahwa Tuhan akan menolong mereka (9). Ketiga, dengan bantuan hikmat Ilahi, Saul berhasil menghancurkan musuh (11). Keempat, kepemimpinan Saul terkontrol dan tidak lepas kendali. Ini nyata dari sikapnya yang tidak mendendam orang-orang yang pernah menoloaknya (13).
Apa yang Saul lakukan menjadi tanda bahwa urapan Allah ada pada dirinya. Secara aklamasi pun bangsa Israel melihat dan menerima Saul sebagai raja urapan Allah. Atas dorongan Samuel, akhirnya Saul benar-benar dinobatkan sebagai raja Israel (15).
Kita perlu berdoa agar tanda-tanda pengurapan Allah atas anak-anak Tuhan, yang dipercayakan memimpin dalam berbagai aspek kehidupan, menjadi nyata. Kita pun harus melatih diri dan mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang-orang yang kita layani. Akhirnya, kita perlu rendah hati belajar memimpin umat Tuhan dalam memenangkan setiap pertempuran rohani bagi kemuliaan.
Pilihan Tuhan atas Saul terbukti tidak salah, walau beberapa orang menghujat Tuhan dengan meremehkan Saul ( 1Sam. 10:27 ). Waktu yang akan membuktikan semuanya itu, apakah Saul dapat dianggap orang yang tepat memimpin bangsa Israel. Saat Yabesy-Gilead dihina oleh Nahas, raja Amon, oleh Roh Allah Saul bangkit. Pertama, Saul menunjukan kepedulian Ilahi atas penderitaan yang dialami sebagian umat-Nya (6). Kedua, Saul menggunakan otoritas yang Tuhan berikan kepadanya untuk menantang bangsanya bersatu melawan musuh (7-8). Saul memberikan semangat dan pengharapan kepada orang-orang Yabesy-Gilead bahwa Tuhan akan menolong mereka (9). Ketiga, dengan bantuan hikmat Ilahi, Saul berhasil menghancurkan musuh (11). Keempat, kepemimpinan Saul terkontrol dan tidak lepas kendali. Ini nyata dari sikapnya yang tidak mendendam orang-orang yang pernah menoloaknya (13).
Apa yang Saul lakukan menjadi tanda bahwa urapan Allah ada pada dirinya. Secara aklamasi pun bangsa Israel melihat dan menerima Saul sebagai raja urapan Allah. Atas dorongan Samuel, akhirnya Saul benar-benar dinobatkan sebagai raja Israel (15).
Kita perlu berdoa agar tanda-tanda pengurapan Allah atas anak-anak Tuhan, yang dipercayakan memimpin dalam berbagai aspek kehidupan, menjadi nyata. Kita pun harus melatih diri dan mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang-orang yang kita layani. Akhirnya, kita perlu rendah hati belajar memimpin umat Tuhan dalam memenangkan setiap pertempuran rohani bagi kemuliaan.