Pelajaran Melalui Penderitaan
( Ayub 33: 1-33 )
Apakah Penderitaan selalu diakibatkan oleh dosa? Sama seperti ketiga temannya, Ayub juga terjebak mengaitkan antara dosa dan penderitaan. Mereka mengaitkan penderitaan Ayub dengan perbuatan dosanya. Menurut Elihu, Ayub menolak tuduhan mereka dan mempermasalahkan Allah yang sengaja memusuhi dia (9-10).
Elihu mempersalahkan Ayub karena berani mempertanyakan kebijakan dan keadilan Allah (12-13). Lebih lanjut, Elihu menyatakan pandangannya bahwa penderitaan merupakan salah satu cara Allah menyatakan diri dan kehendak-Nya kepada manusia. Allah bisa berfirman melalui mimpi untuk mengingatkan mereka agar setia dan taat (15). Akan tetapi, ia juga bisa menegur manusia berdosa dan sombong melalui berbagai hukuman untuk menghindarkan mereka terjerumus dalam kebinasaan (16-18). Melalui penderitaan yang bertubi-tubi, manusia disadarkan akan kefanaannya supaya manusia bertobat dan mengalami pemulihan (19-22). Akhirnya akan nyata bagi manusia bahwa Allah adalah kasih (26-28). Tujuan-Nya agar manusia kembali setia kepada-Nya dan mensyukuri segala anugerah pemeliharaan-Nya. Dengan demikian, hidup manusia akan “baru”, yakni hidup yang diterangi oleh kebenaran Allah (30).
Pemikiran Elihu akan makna penderitaan menolong kita keluar dari pemikiran yang simplistik. Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah ditebus, kita meyakini kasih Allah jauh lebih besar dari pada keterbatasan akal budi kita. Terkadang Allah memakai jalan sulit untuk membentuk kita agar lebih peka pada kehendak-Nya. Penderitaan berguna untuk menguji seberapa jauh kesetiaan kita kepad Allah.
Renungkan: Melalui penderitaan kita dibentuk menjadi pribadi tegar dan berempati kepada sesama yang menderita.
Elihu mempersalahkan Ayub karena berani mempertanyakan kebijakan dan keadilan Allah (12-13). Lebih lanjut, Elihu menyatakan pandangannya bahwa penderitaan merupakan salah satu cara Allah menyatakan diri dan kehendak-Nya kepada manusia. Allah bisa berfirman melalui mimpi untuk mengingatkan mereka agar setia dan taat (15). Akan tetapi, ia juga bisa menegur manusia berdosa dan sombong melalui berbagai hukuman untuk menghindarkan mereka terjerumus dalam kebinasaan (16-18). Melalui penderitaan yang bertubi-tubi, manusia disadarkan akan kefanaannya supaya manusia bertobat dan mengalami pemulihan (19-22). Akhirnya akan nyata bagi manusia bahwa Allah adalah kasih (26-28). Tujuan-Nya agar manusia kembali setia kepada-Nya dan mensyukuri segala anugerah pemeliharaan-Nya. Dengan demikian, hidup manusia akan “baru”, yakni hidup yang diterangi oleh kebenaran Allah (30).
Pemikiran Elihu akan makna penderitaan menolong kita keluar dari pemikiran yang simplistik. Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah ditebus, kita meyakini kasih Allah jauh lebih besar dari pada keterbatasan akal budi kita. Terkadang Allah memakai jalan sulit untuk membentuk kita agar lebih peka pada kehendak-Nya. Penderitaan berguna untuk menguji seberapa jauh kesetiaan kita kepad Allah.
Renungkan: Melalui penderitaan kita dibentuk menjadi pribadi tegar dan berempati kepada sesama yang menderita.