Pasti Tuhan Menolong
( Mazmur 34: 12-23 )
Belajarlah dari “pengalaman”, ungkapan merupakan sebuah nasihat agar kita sebagai manusia mau dan mampu melihat pengalaman hidup kita dan menangkap makna dari apa yang telah terjadi. Hal inilah juga yang nampaknya dilakukan oleh Daud saat ia ada dalam kondisi yang sulit.
Mazmur ini dibagi menjadi tiga bagian: Bagian pertama berbicara mengenai pengalaman yang pernah Daud lalui dengan Tuhan (2-6). Frasa “banyaklah yang telah Kaulakukan” (6a) menunjukan pengakuan pemazmur atas perbuatan Allah yang ia telah alami. Meskipun demikian, pengalaman ini tidak hanya berhenti sebagai bagian dari catatan sejarah. Bagian kedua, merupakan pembelajaran pemazmur akan siapa Allah yang ia kenal lewat pengalaman hidupnya (7). Lewat pengenalan inilah maka pemazmur dengan berani menyatakan permohonan doanya sembari mengungkapkan pembelaan dirinya. Ia taat pada firman Tuhan, beraksi karena perbuatan agung Tuhan, serta berlaku adil sesuai dengan hukum Tuhan (8-11). Atas dasar inilah maka pemazmur menghantarkan permohonannya pada Tuhan untuk Tuhan menolongnya melalui kesesakan ini.
Dalam bagian ketiga, pemazmur mengajukan permohonan pada Tuhan agar menolongnya dalam masalah sulit yang ia sedang hadapi (12-18). Ia mengajukan doa ini sebab ia yakin Tuhan pasti akan kembali menolongnya seperti apa yang pernah ia alami dahulu. Frasa “jangan berlambat” menunjukan desakan pemazmur untuk Allah segera menolongnya, sebab kondisi yang dihadapinya sungguh tak mudah. Namun bukan berarti pemazmur tidak percaya pada Tuhan, justru sebaliknya dengan yakin ia dapat berkata bahwa “Tuhan memperhatikan aku”, ia hanya berharap Tuhan segera menyatakan pertolongan-Nya. Itulah penantian terbesar pemazmur, waktu Tuhan bertindak.
Renungkan: Apa saja pengalaman hidup anda bersama Tuhan? Jadikan itu sebagai pembelajaran untuk menumbuhkan iman pada-Nya.
Mazmur ini dibagi menjadi tiga bagian: Bagian pertama berbicara mengenai pengalaman yang pernah Daud lalui dengan Tuhan (2-6). Frasa “banyaklah yang telah Kaulakukan” (6a) menunjukan pengakuan pemazmur atas perbuatan Allah yang ia telah alami. Meskipun demikian, pengalaman ini tidak hanya berhenti sebagai bagian dari catatan sejarah. Bagian kedua, merupakan pembelajaran pemazmur akan siapa Allah yang ia kenal lewat pengalaman hidupnya (7). Lewat pengenalan inilah maka pemazmur dengan berani menyatakan permohonan doanya sembari mengungkapkan pembelaan dirinya. Ia taat pada firman Tuhan, beraksi karena perbuatan agung Tuhan, serta berlaku adil sesuai dengan hukum Tuhan (8-11). Atas dasar inilah maka pemazmur menghantarkan permohonannya pada Tuhan untuk Tuhan menolongnya melalui kesesakan ini.
Dalam bagian ketiga, pemazmur mengajukan permohonan pada Tuhan agar menolongnya dalam masalah sulit yang ia sedang hadapi (12-18). Ia mengajukan doa ini sebab ia yakin Tuhan pasti akan kembali menolongnya seperti apa yang pernah ia alami dahulu. Frasa “jangan berlambat” menunjukan desakan pemazmur untuk Allah segera menolongnya, sebab kondisi yang dihadapinya sungguh tak mudah. Namun bukan berarti pemazmur tidak percaya pada Tuhan, justru sebaliknya dengan yakin ia dapat berkata bahwa “Tuhan memperhatikan aku”, ia hanya berharap Tuhan segera menyatakan pertolongan-Nya. Itulah penantian terbesar pemazmur, waktu Tuhan bertindak.
Renungkan: Apa saja pengalaman hidup anda bersama Tuhan? Jadikan itu sebagai pembelajaran untuk menumbuhkan iman pada-Nya.