Motivasi Yang Keliru
(1 Samuel 15:1-16)
Sulit rasanya untuk taat kepada Tuhan apabila motivasi kita sudah keliru sejak awal. Mudah saja bagi kita untuk mencari alasan guna membenarkan tindakan kita yang tidak seturut dengan firman Tuhan. Inilah penyebab kegagalan Saul.
Perintah Tuhan melalui Samuel kepada Saul untuk menumpas Amalek sangat jelas (3). Tidak ada celah untuk tidak taat. Alasan Tuhan pun sudah diberikan, yaitu pembalasan Tuhan atas kejahatan Amalek (2). Ini adalah peperangan Tuhan, bukan Saul. Saul dengan sengaja melanggar perintah Tuhan. Dia menawan Raja Agag, sedangkan ternak yang baik dan tambun dijarah rakyat (7-9). Secara memalukan, Saul menggunakan alasan rohani untuk membenarkan tindakannya bersama rakyat untuk menjarah ternak Amalek (15).
Kebanggaan seorang raja yang menang perang adalah menawan raja musuh dan mengaraknya sebagai tanda keberhasilan perang. Tindakan Saul menyimpan Raja Agag dan membiarkan ternak terbaik Amalek dijarah merupakan tindakan ketidaktaatan kepada Tuhan. Motivasinya adalah kemuliaan dan keserakahan diri. Saul merampas kemuliaan Tuhan untuk dirinya. Ia disilaukan oleh kekayaan orang Amalek sehingga tidak rela membinasakannya. Kemaruk harta membuat Saul berani mengabaikan titah Tuhan. Sikap Saul ini memedihkan hati Tuhan, “Aku menyesal…” (11). Allah menyesal bukan karena Ia keliru memilih Saul, tetapi karena Saul memilih jalan yang membinasakan dirinya. Respons Allah ini menyatakan kebesaran hati-Nya yang tidak pernah memaksakan kehendak-Nya atas hamba-hamba-Nya.
Panggilan Tuhan bagi hamba-hamba-Nya, untuk melayani Dia adalah suatu panggilan yang mengandung kehormatan, sekaligus tanggung jawab yang besar. Adalah tanggung jawab kita selaku hamba-hamba-Nya, untuk senantiasa mengembalikan kemuliaan kepada Allah dan tidak membiarkan ambisi pribadi menghancurkan hidup kita.
(Sumber diambil dari Santapan Harian edisi Kitab 1 Samuel hari ke-20)
Perintah Tuhan melalui Samuel kepada Saul untuk menumpas Amalek sangat jelas (3). Tidak ada celah untuk tidak taat. Alasan Tuhan pun sudah diberikan, yaitu pembalasan Tuhan atas kejahatan Amalek (2). Ini adalah peperangan Tuhan, bukan Saul. Saul dengan sengaja melanggar perintah Tuhan. Dia menawan Raja Agag, sedangkan ternak yang baik dan tambun dijarah rakyat (7-9). Secara memalukan, Saul menggunakan alasan rohani untuk membenarkan tindakannya bersama rakyat untuk menjarah ternak Amalek (15).
Kebanggaan seorang raja yang menang perang adalah menawan raja musuh dan mengaraknya sebagai tanda keberhasilan perang. Tindakan Saul menyimpan Raja Agag dan membiarkan ternak terbaik Amalek dijarah merupakan tindakan ketidaktaatan kepada Tuhan. Motivasinya adalah kemuliaan dan keserakahan diri. Saul merampas kemuliaan Tuhan untuk dirinya. Ia disilaukan oleh kekayaan orang Amalek sehingga tidak rela membinasakannya. Kemaruk harta membuat Saul berani mengabaikan titah Tuhan. Sikap Saul ini memedihkan hati Tuhan, “Aku menyesal…” (11). Allah menyesal bukan karena Ia keliru memilih Saul, tetapi karena Saul memilih jalan yang membinasakan dirinya. Respons Allah ini menyatakan kebesaran hati-Nya yang tidak pernah memaksakan kehendak-Nya atas hamba-hamba-Nya.
Panggilan Tuhan bagi hamba-hamba-Nya, untuk melayani Dia adalah suatu panggilan yang mengandung kehormatan, sekaligus tanggung jawab yang besar. Adalah tanggung jawab kita selaku hamba-hamba-Nya, untuk senantiasa mengembalikan kemuliaan kepada Allah dan tidak membiarkan ambisi pribadi menghancurkan hidup kita.
(Sumber diambil dari Santapan Harian edisi Kitab 1 Samuel hari ke-20)