Minta Keadilan
( Mazmur 17 )
Mazmur merupakan ratapan Daud yang dikejar-kejar oleh musuh yang tak kenal belas kasihan. Ia meminta agar Allah bertindak menghakimi musuhnya (2), menyatakan kasih setia-Nya (7), serta menjalankan penyelamatan dan penghukuman-Nya (13-15).
Permohonan Daud agar Allah menghukum dengan adil didasarkan atas ketaatannya. Ini bukan berarti mengklaim dirinya sempurna atau tanpa cacat, namun sebagai konsistensi iman pada Allah. Ia berani diperiksa oleh Tuhan, baik sikap maupun tindakannya (3-4). Sekalipun doa pemazmur didasarkan pada fakta ketaatannya. Akan tetapi, bukan berarti bahwa kebenaran kita adalah dasar untuk mendesak Tuhan membela kita. Penyebutan ketaatan yang telah dilakukan bukanlah dasar tambahan bagi orang beriman untuk beroleh pertolongan Tuhan, namun semua karena anugerah. Bukti ketaatan orang beriman, juga adalah bukti anygerah Allah bagi diri orang tersebut. Oleh karena itu, satu-satunya dasar bagi memohon Tuhan bertindak adalah kasih setia Tuhan (6-7).
Menariknya, dalam pengaduan Pemazmur akan kejahatan musuh-musuhnya. Ia justru meminta Tuhan memuaskan musuh-musuhnya dengan nafsu mereka (14). Bagi pemazmur, ini merupakan hukuman yang mengerikan. Sembari memohon hukuman, ia juga meminta agar dapat memandang wajah Allah dalam kebenaran (15). Sebab bila ia meminta supaya musuhnya “puas” (14) dengan keinginan mereka, maka ia akan “puas” (15b) dengan memandang rupa Tuhan. Karena kepuasan pemazmur bukan terletak pada dendam yang terbalaskan, melainkan pada perwujudan keadilan dan kasih setia Allah..
Renungkan: Bagaimana sikap kita ketika menghadapi kekelaman hidup? Adakah hasrat seperti doa pemazmur juga mengisi doa dan tindakan kita, yakni agar seluruh sifat Allah dinyatakan ke semua pihak, baik ke orang jahat dalam keadilan-Nya maupun ke orang beriman dalam kasih-Nya?.
Permohonan Daud agar Allah menghukum dengan adil didasarkan atas ketaatannya. Ini bukan berarti mengklaim dirinya sempurna atau tanpa cacat, namun sebagai konsistensi iman pada Allah. Ia berani diperiksa oleh Tuhan, baik sikap maupun tindakannya (3-4). Sekalipun doa pemazmur didasarkan pada fakta ketaatannya. Akan tetapi, bukan berarti bahwa kebenaran kita adalah dasar untuk mendesak Tuhan membela kita. Penyebutan ketaatan yang telah dilakukan bukanlah dasar tambahan bagi orang beriman untuk beroleh pertolongan Tuhan, namun semua karena anugerah. Bukti ketaatan orang beriman, juga adalah bukti anygerah Allah bagi diri orang tersebut. Oleh karena itu, satu-satunya dasar bagi memohon Tuhan bertindak adalah kasih setia Tuhan (6-7).
Menariknya, dalam pengaduan Pemazmur akan kejahatan musuh-musuhnya. Ia justru meminta Tuhan memuaskan musuh-musuhnya dengan nafsu mereka (14). Bagi pemazmur, ini merupakan hukuman yang mengerikan. Sembari memohon hukuman, ia juga meminta agar dapat memandang wajah Allah dalam kebenaran (15). Sebab bila ia meminta supaya musuhnya “puas” (14) dengan keinginan mereka, maka ia akan “puas” (15b) dengan memandang rupa Tuhan. Karena kepuasan pemazmur bukan terletak pada dendam yang terbalaskan, melainkan pada perwujudan keadilan dan kasih setia Allah..
Renungkan: Bagaimana sikap kita ketika menghadapi kekelaman hidup? Adakah hasrat seperti doa pemazmur juga mengisi doa dan tindakan kita, yakni agar seluruh sifat Allah dinyatakan ke semua pihak, baik ke orang jahat dalam keadilan-Nya maupun ke orang beriman dalam kasih-Nya?.