Meterai Cinta Sejati
(Kidung Agung 8: 5-14)
Gnta sejati terwujud dalam sebuah jalinan pernikahan yang mengikat dalam sebuah komitmen di hadapan Allah. Tak ada satu orang pun yang boleh menceraikan apa yang telah dipersatukan oleh Allah. Karena itu, untuk memasuki tahapan ini diperlukan sebuah persiapan yang matang. Bukan hanya soal materi, tetapi juga kedewasaan.
Bagian pertama dari perikop ini menyatakan dengan lugas bahwa kekuatan cinta seperti meterai yang mengklaim kepemilikan seumur hidup (5-7). Karena begitu agung dan mulianya cinta, maka orang yang mencoba membeli dan membelokkan kemurnian cinta akan mendapatkan malu (7b). Bagian ini mengajarkan kita untuk memahami cinta sebagai anugerah Allah, la bukanlah alat pemuas hawa nafsu, melainkan jalan untuk saling belajar dan menghargai sesama. Itu sebabnya, cinta merupakan sebuah penghormatan akan keindahan pasangan yangTuhan berikan bagi kita (8-9).
Mengasihi dan menghormati adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Dengan mengasihi pasangan, itu berarti menolong ia membangun jati diri yang lebih sehat (10). Karena itu, cinta tidak dapat diukur atau dibeli dengan uang (11-12). Cinta yang sesungguhnya adalah harta termahal di dunia. Karena itu, banyak orang rela bekerja keras dan mengorbankan banyak hal demi membahagiakan orang yang dikasihinya.
Gambaran cinta yang total, mengikat, dan tak ternilai harganya menjadi refleksi nyata akan kasih Allah bagi manusia. Demi kasih-Nya, la rela menyerahkan diri-Nya untuk mati di kayu salib bagi dosa umat-Nya. la yang penuh kuasa rela mengikatkan diri dan menjadi sama dengan manusia agar kita mampu merasakan sentuhan kasih-Nya secara nyata. Inilah gambaran cinta yang paling murni yang pernah Allah berikan bagi umat-Nya.
Renungkon: Sudahkah kita mencintai Allah dan pasangan kita dengan totalitas dan
pengorbanan yang tulus?
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Pengkhotbah & Kidung Agung hari ke-26
Bagian pertama dari perikop ini menyatakan dengan lugas bahwa kekuatan cinta seperti meterai yang mengklaim kepemilikan seumur hidup (5-7). Karena begitu agung dan mulianya cinta, maka orang yang mencoba membeli dan membelokkan kemurnian cinta akan mendapatkan malu (7b). Bagian ini mengajarkan kita untuk memahami cinta sebagai anugerah Allah, la bukanlah alat pemuas hawa nafsu, melainkan jalan untuk saling belajar dan menghargai sesama. Itu sebabnya, cinta merupakan sebuah penghormatan akan keindahan pasangan yangTuhan berikan bagi kita (8-9).
Mengasihi dan menghormati adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Dengan mengasihi pasangan, itu berarti menolong ia membangun jati diri yang lebih sehat (10). Karena itu, cinta tidak dapat diukur atau dibeli dengan uang (11-12). Cinta yang sesungguhnya adalah harta termahal di dunia. Karena itu, banyak orang rela bekerja keras dan mengorbankan banyak hal demi membahagiakan orang yang dikasihinya.
Gambaran cinta yang total, mengikat, dan tak ternilai harganya menjadi refleksi nyata akan kasih Allah bagi manusia. Demi kasih-Nya, la rela menyerahkan diri-Nya untuk mati di kayu salib bagi dosa umat-Nya. la yang penuh kuasa rela mengikatkan diri dan menjadi sama dengan manusia agar kita mampu merasakan sentuhan kasih-Nya secara nyata. Inilah gambaran cinta yang paling murni yang pernah Allah berikan bagi umat-Nya.
Renungkon: Sudahkah kita mencintai Allah dan pasangan kita dengan totalitas dan
pengorbanan yang tulus?
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Pengkhotbah & Kidung Agung hari ke-26