Menyikapi Kebutuhan Materil
(Matius 6: 19-34)
Para murid Tuhan Yesus harus bisa mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materil. Jika tidak, beberapa ancaman terhadap kesetiaan kita kepada Tuhan mungkin saja terjadi.
Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara. Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan “melonjak” menjadi tuan, dan kita di “kudeta”nya ke kedudukan budak (24). Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekhawatiran tentang kebutuhan sehari-hari (25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (32).
Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Tuhan Yesus mengajak kita untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki.
Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari untuk dapat menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (33).
Renungkan: Tuhan hartaku, atau Harta Tuhanku?
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Matius hari ke-20
Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara. Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan “melonjak” menjadi tuan, dan kita di “kudeta”nya ke kedudukan budak (24). Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekhawatiran tentang kebutuhan sehari-hari (25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (32).
Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Tuhan Yesus mengajak kita untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki.
Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari untuk dapat menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (33).
Renungkan: Tuhan hartaku, atau Harta Tuhanku?
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Matius hari ke-20