Menjadi Mempelai Raja
(Kidung Agung 3: 6-11)
Proses pernikahan dalam budaya Timur Dekat Kuno memiliki beberapa tahapan. Salah satunya seperti dalam nas hari ini, yaitu pawai pernikahan. Dalam proses ini, biasanya seorang laki-laki datang membawa berbagai perhiasan dan menyampaikan pelbagai pujian bagi mempelai wanita.
Yang terjadi justru sebaliknya bahwa penulis menggambarkan bagaimana mempelai wanita yang diarak datang menuju Yerusalem (6). Hal ini mungkin terjadi sebab mempelai laki-laki adalah seorang raja, sedangkan kekasihnya hanya rakyat biasa. Itu sebabnya, ia harus datang ke istana untuk merayakan pernikahannya sekaligus sebuah tanda peningkatan derajat sosial. Sedangkan mempelai pria berdiri menanti kedatangan calon istri yang dikelilingi para pahlawan gagah perkasa (7-8). Melihat kedatangan sang kekasih dengan arak-arakan yang meriah, Salomo mempersiapkan diri dan berhias dengan segala kemegahannya untuk menemui sang belahan jiwa (9-11). Prosesi ini menjadi gambaran bagaimana umat Allah yang setia akan ikut serta dalam kemewahan pesta dalam kerajaan Allah yang sempurna.
Kita yang dahulu orang berdosa, kini diangkat menjadi mempelai Allah dan beroleh kemuliaan bersama dengan-Nya. Dalam sukacita itu, Kristus sebagai mempelai pria akan menyambut kita dengan segala kemegahan dan kemuliaan-Nya. Setelah begitu lama kita terpisah dari-Nya dan mengalami berbagai duka di dunia, maka di akhir zaman nanti kita akan bersatu dengan Kristus untuk menikmati hidup kekal selamanya.
Renungkan: Menjadi mempelai dari Raja segala raja adalah anugerah yang tidak terkira. Karena itu, kita dituntut hanya setia pada Kristus. Taati firman-Nya, bergaul intim bersama-Nya dalam doa, dan menjadi pelaku firman Allah dalam hidup setiap hari. Tindakan itu menjadi bukti kasih setia kita kepada Allah. Karena itu, kita layak disambut sebagai mempelai Kristus yang setia.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Pengkhotbah & Kidung Agunghari ke-19
Yang terjadi justru sebaliknya bahwa penulis menggambarkan bagaimana mempelai wanita yang diarak datang menuju Yerusalem (6). Hal ini mungkin terjadi sebab mempelai laki-laki adalah seorang raja, sedangkan kekasihnya hanya rakyat biasa. Itu sebabnya, ia harus datang ke istana untuk merayakan pernikahannya sekaligus sebuah tanda peningkatan derajat sosial. Sedangkan mempelai pria berdiri menanti kedatangan calon istri yang dikelilingi para pahlawan gagah perkasa (7-8). Melihat kedatangan sang kekasih dengan arak-arakan yang meriah, Salomo mempersiapkan diri dan berhias dengan segala kemegahannya untuk menemui sang belahan jiwa (9-11). Prosesi ini menjadi gambaran bagaimana umat Allah yang setia akan ikut serta dalam kemewahan pesta dalam kerajaan Allah yang sempurna.
Kita yang dahulu orang berdosa, kini diangkat menjadi mempelai Allah dan beroleh kemuliaan bersama dengan-Nya. Dalam sukacita itu, Kristus sebagai mempelai pria akan menyambut kita dengan segala kemegahan dan kemuliaan-Nya. Setelah begitu lama kita terpisah dari-Nya dan mengalami berbagai duka di dunia, maka di akhir zaman nanti kita akan bersatu dengan Kristus untuk menikmati hidup kekal selamanya.
Renungkan: Menjadi mempelai dari Raja segala raja adalah anugerah yang tidak terkira. Karena itu, kita dituntut hanya setia pada Kristus. Taati firman-Nya, bergaul intim bersama-Nya dalam doa, dan menjadi pelaku firman Allah dalam hidup setiap hari. Tindakan itu menjadi bukti kasih setia kita kepada Allah. Karena itu, kita layak disambut sebagai mempelai Kristus yang setia.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Pengkhotbah & Kidung Agunghari ke-19