Menghadapi Lingkungan Fasik
( Mazmur 28 )
Yesus mengatakan bahwa hidup benar di dunia seperti domba di tengah-tengah serigala (Mat. 10:16). Hal serupa yang juga dirasakan oleh pemazmur dalam nas hari ini. Ia harus hidup di tengah-tengah orang fasik (3). Hal ini tidaklah mudah, apalagi kalau kita merasa sendirian (2). Kita dapat digoyahkan untuk berkompromi dengan kemunafikan. Itulah yang digumuli oleh pemazmur, dan mungkin kebanyakan orang percaya yang hidup dimasa kini.
Meskipun kita dipanggil dan diselamtkan oleh Allah untuk menjadi umat-Nya, namun kita tetap hidup di dunia yang tidak steril dari dosa. Hidup bersama dengan orang munafik, serakah, menghalalkan segala cara, bahkan saling menjatuhkan orang lain hanya untuk memperkaya diri. Dalam kondisi ini, tidak mudah untuk kita dapat mempertahankan kemurnian hidup. Tidak jarang orang yang hidup benar justru terjepit dengan banyak masalah, sehingga dapat membuat kita berpikir bahwa jika kita tidak ikut-ikutan munafik, maka kita dilibas habis. Di sisi lain, sekalipun kita sudah berdoa kepada Tuhan dan meminta kekuatan, tetapi tampaknya Tuhan tidak segera bertindak. Tak heran bila kita merasa sendirian dan mulai merasa putus asa.
Dalam kondisi seperti itu, ada dau hal yang pemazmur lakukan: Pertama, ia tidak berhenti berdoa dan berharap. Walaupun Tuhan belum menjawabnya, namun Ia tetap percaya bahwa hanya Tuhanlah sumber kekuatan dan kemenangan iman (2). Karena itu ia tidak kehilangan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan menjawab dan menolong dia (6-7). Kedua, pemazmur memohon keadilan Tuhan agar mereka yang jahat dihukum setimpal (4-5). Pemazmur juga sadar bahwa ia bisa jatuh ke dalam dosa yang sama (3) dan hal itu akan menjadi kesaksian yang buruk bagi umat Tuhan (9).
Renungkan: Dengan kekuatan sendiri mustahil seseorang dapat hidup setia. Melalui belas kasihan Allah, kita dimampukan melakukan apa yang dikehendaki-Nya.
Meskipun kita dipanggil dan diselamtkan oleh Allah untuk menjadi umat-Nya, namun kita tetap hidup di dunia yang tidak steril dari dosa. Hidup bersama dengan orang munafik, serakah, menghalalkan segala cara, bahkan saling menjatuhkan orang lain hanya untuk memperkaya diri. Dalam kondisi ini, tidak mudah untuk kita dapat mempertahankan kemurnian hidup. Tidak jarang orang yang hidup benar justru terjepit dengan banyak masalah, sehingga dapat membuat kita berpikir bahwa jika kita tidak ikut-ikutan munafik, maka kita dilibas habis. Di sisi lain, sekalipun kita sudah berdoa kepada Tuhan dan meminta kekuatan, tetapi tampaknya Tuhan tidak segera bertindak. Tak heran bila kita merasa sendirian dan mulai merasa putus asa.
Dalam kondisi seperti itu, ada dau hal yang pemazmur lakukan: Pertama, ia tidak berhenti berdoa dan berharap. Walaupun Tuhan belum menjawabnya, namun Ia tetap percaya bahwa hanya Tuhanlah sumber kekuatan dan kemenangan iman (2). Karena itu ia tidak kehilangan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan menjawab dan menolong dia (6-7). Kedua, pemazmur memohon keadilan Tuhan agar mereka yang jahat dihukum setimpal (4-5). Pemazmur juga sadar bahwa ia bisa jatuh ke dalam dosa yang sama (3) dan hal itu akan menjadi kesaksian yang buruk bagi umat Tuhan (9).
Renungkan: Dengan kekuatan sendiri mustahil seseorang dapat hidup setia. Melalui belas kasihan Allah, kita dimampukan melakukan apa yang dikehendaki-Nya.