Melihat dari kaca Mata Allah
( Mazmur 73: 15-28)
Agustinus pernah berkata, “rasa takut adalah musuh terbesar dari cinta. “Karena rasa takut adalah musuh terbesar dari cinta. “ Karena rasa takut, membuat seseorang tidak berani untuk memberikan secara total dirinya bagi orang lain yang ia cintai Demikian pula keraguan, ialah musuh terbesar dari iman. Keraguan membuat seseorang tidak berani memasrahkan diri sepenuh nya kepada Allah.
Berbeda dengan yang dialami oleh pemazmur dalam nas ini. Pemazmur idak sedikitpun meragukan Allah atas semua peristiwa ketidakadilan yang ia lihat dan alami. Sehingga, satu-satunya hal yang pemazmur bisa lakukan hanya berserah dan membuka peluang untuk diajar oleh Tuhan. Ia tidak mencoba tergesa-gesa menyimpulkan dan mempersalahkan Tuhan (15-16). Sebaliknya, ia menghampiri Allah dengan masuk ke baitnya yang kudus untuk berdoa. Maka, Tuhan menyatakan jawaban-Nya. Ketika Tuhan memperlihatkan kenyataan yang sesungguhnya dari sudut pandang Allah, disanalah ia kembali kepada imannya yang semula. Dia belajar bahwa Tuhan adil dan kefasikan akan mendapatkan balasannya. Orang fasik hanya menimbun murka Allah karena perbuatannya yang jahat (18-20). Semua perbuatan mereka sia-sia, seperti “sekam yang ditiupkan angin” (Mzm. 1:4). Karena itu, pemazmur belajar berserah kepada Tuhan dan bertekun dalam kesetianan kepada-Nya.
Pengalaman pemazmur ini, mungkin juga pernah atau sedang anda alami saat ini. Tak jarang muncul godaan untuk iri atau membalas perbuatan orang fasik, namun marilah kita belajar mendekati diri terlebih dahulu pada Tuhan. Dari sana kita akan dimampukan untuk melihat kenyataan yang sebenarnya, bahwa akhirnya nanti segala kejahatan pasti akan mendapat balasan (27) dan orang benar akan menerima kebaikan Tuhan (28).
Renungkan: Jangan biarkan situasi sekeliling Anda mendikte perasaan Anda. Sebaliknya, dekatkan diri pada-Nya dan biarkan damai sejahtera Allah mengalir dalam hidup Anda.
Berbeda dengan yang dialami oleh pemazmur dalam nas ini. Pemazmur idak sedikitpun meragukan Allah atas semua peristiwa ketidakadilan yang ia lihat dan alami. Sehingga, satu-satunya hal yang pemazmur bisa lakukan hanya berserah dan membuka peluang untuk diajar oleh Tuhan. Ia tidak mencoba tergesa-gesa menyimpulkan dan mempersalahkan Tuhan (15-16). Sebaliknya, ia menghampiri Allah dengan masuk ke baitnya yang kudus untuk berdoa. Maka, Tuhan menyatakan jawaban-Nya. Ketika Tuhan memperlihatkan kenyataan yang sesungguhnya dari sudut pandang Allah, disanalah ia kembali kepada imannya yang semula. Dia belajar bahwa Tuhan adil dan kefasikan akan mendapatkan balasannya. Orang fasik hanya menimbun murka Allah karena perbuatannya yang jahat (18-20). Semua perbuatan mereka sia-sia, seperti “sekam yang ditiupkan angin” (Mzm. 1:4). Karena itu, pemazmur belajar berserah kepada Tuhan dan bertekun dalam kesetianan kepada-Nya.
Pengalaman pemazmur ini, mungkin juga pernah atau sedang anda alami saat ini. Tak jarang muncul godaan untuk iri atau membalas perbuatan orang fasik, namun marilah kita belajar mendekati diri terlebih dahulu pada Tuhan. Dari sana kita akan dimampukan untuk melihat kenyataan yang sebenarnya, bahwa akhirnya nanti segala kejahatan pasti akan mendapat balasan (27) dan orang benar akan menerima kebaikan Tuhan (28).
Renungkan: Jangan biarkan situasi sekeliling Anda mendikte perasaan Anda. Sebaliknya, dekatkan diri pada-Nya dan biarkan damai sejahtera Allah mengalir dalam hidup Anda.