Langkah Surut
(Galatia 3: 1-5)
Pada dua pasal pertama Paulus menyatakan sikap dan pandangannya terhadap kebenaran Injil serta pedoman mengapa ia bersikap demikian. Dalam pasal tiga dan empat ini Paulus menggunakan argumentasi dari pengalaman iman jemaat Galatia sendiri dan dari ajaran Alkitab Perjanjian Lama.
Paulus menegur dengan keras jemaat Galatia karena tindakan bodoh mereka membiarkan diri diperdaya oleh ajaran-ajaran yang salah tentang Taurat, sehingga mereka berpaling dari kebenaran Injil. Argumentasi Paulus jelas. Pertama, Yesus Kristus yang tersalib telah dibeberkan dengan jelas kepada mereka. Ini mencakup inti Injil itu sendiri: sebab dan tujuan kematian-Nya, kehendak Allah yang mendasarinya, serta kebangkitan-Nya (1; lih. 1: 1-4). Kedua, dengan pertanyaan retoris Paulus menegaskan bahwa umat Kristen Galatia telah menerima Roh Kudus karena mereka percaya pada Injil, dan bukan karena mereka memberlakukan Tuarat dalam hidup mereka (2). Ketiga, karena iman umat Kristen di Galatia telah menyaksikan mukjizat (yang dilakukan oleh rasul Paulus) sebagai tanda kesaksian Injil (5; band. Ibr. 2: 4; Rm. 15: 18-19; 2 Kor. 12: 12). Pengalaman jemaat Galatia jelas: mereka telah diselamatkan melalui karya Yesus Kristus di kayu Salib oleh pekerjaan Roh Kudus. Maka berpaling dari Injil berarti “telah memulai dengan Roh dan mengakhirinya di dalam daging” (3). Hal ini adalah suatu langkah surut, suatu kesia-siaan (4).
Pengalaman iman orang Kristen sejati adalah dosa-dosanya sudah diampuni oleh kematian Kristus, dan oleh Roh Kudus dirinya telah dilahirkan kembali sehingga menjadi anak Allah. Kalau sekarang kita menghambakan diri lagi kepada berbagai peraturan Taurat atau ajaran apa pun yang menuntut perbuatan sebagai syarat keselamatan, itu sama saja dengan langkah surut, kesia-siaan, dan kebodohan.
Camkan: Hanya mengandalkan perbuatan baik adalah sikap yang menodai dan merendahkan Injil.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Galatia 1: 1-Efesus 6: 24 hari ke-5
Paulus menegur dengan keras jemaat Galatia karena tindakan bodoh mereka membiarkan diri diperdaya oleh ajaran-ajaran yang salah tentang Taurat, sehingga mereka berpaling dari kebenaran Injil. Argumentasi Paulus jelas. Pertama, Yesus Kristus yang tersalib telah dibeberkan dengan jelas kepada mereka. Ini mencakup inti Injil itu sendiri: sebab dan tujuan kematian-Nya, kehendak Allah yang mendasarinya, serta kebangkitan-Nya (1; lih. 1: 1-4). Kedua, dengan pertanyaan retoris Paulus menegaskan bahwa umat Kristen Galatia telah menerima Roh Kudus karena mereka percaya pada Injil, dan bukan karena mereka memberlakukan Tuarat dalam hidup mereka (2). Ketiga, karena iman umat Kristen di Galatia telah menyaksikan mukjizat (yang dilakukan oleh rasul Paulus) sebagai tanda kesaksian Injil (5; band. Ibr. 2: 4; Rm. 15: 18-19; 2 Kor. 12: 12). Pengalaman jemaat Galatia jelas: mereka telah diselamatkan melalui karya Yesus Kristus di kayu Salib oleh pekerjaan Roh Kudus. Maka berpaling dari Injil berarti “telah memulai dengan Roh dan mengakhirinya di dalam daging” (3). Hal ini adalah suatu langkah surut, suatu kesia-siaan (4).
Pengalaman iman orang Kristen sejati adalah dosa-dosanya sudah diampuni oleh kematian Kristus, dan oleh Roh Kudus dirinya telah dilahirkan kembali sehingga menjadi anak Allah. Kalau sekarang kita menghambakan diri lagi kepada berbagai peraturan Taurat atau ajaran apa pun yang menuntut perbuatan sebagai syarat keselamatan, itu sama saja dengan langkah surut, kesia-siaan, dan kebodohan.
Camkan: Hanya mengandalkan perbuatan baik adalah sikap yang menodai dan merendahkan Injil.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Galatia 1: 1-Efesus 6: 24 hari ke-5