Kompromi dan Belas Kasih Allah
(Bilangan 32: 1-24)
Semangat umat sedang menyala-nyala untuk menyebrangi sungai Yordan, guna merebut Tanah Perjanjian. Namun, permintaan dari suku Gad dan Ruben untuk memilih menetap di tanah Yaezer dan Gilead, di sebelah timur Yordan (6-7) bisa memadamkan semangat itu. Oleh sebab itu, wajar sekali bila Musa marah kepada mereka. Musa menyamakan mereka dengan generasi sebelumnya yang tak mau susah payah masuk ke tanah Kanaan, karena takut berperang. Sikap dua suku ini bisa dimaknai sebagai ketidaktaatan yang hanya akan menuai murka Allah. Bahkan, seluruh umat Israel bisa kena getahnya.
Inilah kenyataan sifat dosa, tidak mau bayar harga untuk menaati Allah karena lebih memilih mengasihani diri sendiri dan kepuasan daging. Mungkin mirip dengan kasih nenek moyang mereka, Abraham dan keponakannya Lot (Kej. 13). Lot melihat lembah Yordan, tempat kota Sodom dan Gomora, sebagai tempat subur dan prospektif untuk mengembangkan diri. Lot tidak peduli dengan kehadiran dua kota jahat itu, karena kesuburan lembah itu lebih menarik hatinya.
Kesepakatan berupa kompromi terjadi, yaitu pasukan Gad dan Ruben akan pergi menyebrangi sungai Yordan untuk berperang bersama suku-suku Israel lainnya. Baru setelah kemenangan merebut Kanaan tercapai pasukan kedua suku ini akan balik untk membangun Gilead dan Yaezer sebagai tempat pemukiman mereka. Inilah kenyataan hidup dalam kedagingan. Namun kemurahan Allah nyata, melalui Musa menerima kompromi bersyarat tersebut.
Bagaimana menyiapkan kedegilan hati umat dan kompromi yang dilakukan Musa? Syukur kepada Tuhan, sebagai umat tebusan kita bukan hanya memiliki perintah firman untuk ditaati, tetapi juga kehadiran Roh Kudus di dalam hati setiap orang percaya. Kita dimampukan untuk taat penuh pada firman-Nya. Tidak ada kompromi! Mari kita jaga kemurnian iman kita, bukan dengan kekuatan sendiri melainkan dengan bersandar penuh pada-Nya.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Bilangan hari ke-56
Inilah kenyataan sifat dosa, tidak mau bayar harga untuk menaati Allah karena lebih memilih mengasihani diri sendiri dan kepuasan daging. Mungkin mirip dengan kasih nenek moyang mereka, Abraham dan keponakannya Lot (Kej. 13). Lot melihat lembah Yordan, tempat kota Sodom dan Gomora, sebagai tempat subur dan prospektif untuk mengembangkan diri. Lot tidak peduli dengan kehadiran dua kota jahat itu, karena kesuburan lembah itu lebih menarik hatinya.
Kesepakatan berupa kompromi terjadi, yaitu pasukan Gad dan Ruben akan pergi menyebrangi sungai Yordan untuk berperang bersama suku-suku Israel lainnya. Baru setelah kemenangan merebut Kanaan tercapai pasukan kedua suku ini akan balik untk membangun Gilead dan Yaezer sebagai tempat pemukiman mereka. Inilah kenyataan hidup dalam kedagingan. Namun kemurahan Allah nyata, melalui Musa menerima kompromi bersyarat tersebut.
Bagaimana menyiapkan kedegilan hati umat dan kompromi yang dilakukan Musa? Syukur kepada Tuhan, sebagai umat tebusan kita bukan hanya memiliki perintah firman untuk ditaati, tetapi juga kehadiran Roh Kudus di dalam hati setiap orang percaya. Kita dimampukan untuk taat penuh pada firman-Nya. Tidak ada kompromi! Mari kita jaga kemurnian iman kita, bukan dengan kekuatan sendiri melainkan dengan bersandar penuh pada-Nya.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Bilangan hari ke-56