Ketika Harta Menjadi yang Utama
(2 Raja-Raja 20:12-21)
Orang yang bijaksana menaruh pengharapannya pada hal-hal yang bernilai kekekalan. Baginya, hal-hal yang sementara seperti: kekayaan, kesehatan, kepandaian, dan kekuasaan walaupun penting, bukan hal yang utama. Ia tidak akan menjadikan hal-hal tersebut sebagai alat pengukur kebahagiaan. Sebab kebahagian adalah anugerah Tuhan yang membuat seseorang beroleh persektuan dengan-Nya dan dapat menikmati kebaikan-Nya.
Sebagai seorang raja, Hizkia tentu tidak kekurangan apa-apa bahkan berlimpah dalam segala sesuatu. Kekayaannya pasti signifikan sehingga ia dengan bangga memperlihatkannya kepada para utusan raja Babel (13). Sebenarnya untuk apa Hizkia pamer kekayaan? Sangat mungkin untuk menimbulkan kesan pada raja Babel bahwa Yehuda berjaya dan rajanya perkasa. Atau untuk menunjukan bahwa Hizkia dapat membayar upeti kepada Babel demi keamanan bangsanya, Yehuda. Tanpa disadari, Hizkia sudah terjebak oleh ukuran dunia tentang jaminan hidup, yaitu kekayaan, kekuasaan dan hikmat. Padahal peringatan Allah kepada raja Israel akan godaan kekayaan sudah disampaikan di dalam kitab Ulangan (Ul. 17:17b). Itu sebabnya, nabi Yesaya mengingatkan raja Hizkia bahwa semua kekayaan itu kelak akan diangkut ke Babel, termasuk keturunan Hizkia juga akan ditawan di tanah pembuangan (2 Raj. 20:17-18). Respon Hizkia menunjukan ketidakpekaannya bahwa sikap menggantungkan diri pada kekayaan adalah dosa. Bagi Hizkia, kekayaannya sekarang menjamin hidup damai dan keamanan (19b).
Renungkan: Ajaran Tuhan Yesus mengenai hidup ini adalah “carilah dahulu kerajaan Allah, maka semua (kebutuhan hidup) akan ditambahkan kepadamu.” Waktu kita belajar mengutamakan Tuhan, bukan harta dan takhta, Dia akan melimpahkan hal-hal itu sesuai dengan kehendak-Nya.
Sebagai seorang raja, Hizkia tentu tidak kekurangan apa-apa bahkan berlimpah dalam segala sesuatu. Kekayaannya pasti signifikan sehingga ia dengan bangga memperlihatkannya kepada para utusan raja Babel (13). Sebenarnya untuk apa Hizkia pamer kekayaan? Sangat mungkin untuk menimbulkan kesan pada raja Babel bahwa Yehuda berjaya dan rajanya perkasa. Atau untuk menunjukan bahwa Hizkia dapat membayar upeti kepada Babel demi keamanan bangsanya, Yehuda. Tanpa disadari, Hizkia sudah terjebak oleh ukuran dunia tentang jaminan hidup, yaitu kekayaan, kekuasaan dan hikmat. Padahal peringatan Allah kepada raja Israel akan godaan kekayaan sudah disampaikan di dalam kitab Ulangan (Ul. 17:17b). Itu sebabnya, nabi Yesaya mengingatkan raja Hizkia bahwa semua kekayaan itu kelak akan diangkut ke Babel, termasuk keturunan Hizkia juga akan ditawan di tanah pembuangan (2 Raj. 20:17-18). Respon Hizkia menunjukan ketidakpekaannya bahwa sikap menggantungkan diri pada kekayaan adalah dosa. Bagi Hizkia, kekayaannya sekarang menjamin hidup damai dan keamanan (19b).
Renungkan: Ajaran Tuhan Yesus mengenai hidup ini adalah “carilah dahulu kerajaan Allah, maka semua (kebutuhan hidup) akan ditambahkan kepadamu.” Waktu kita belajar mengutamakan Tuhan, bukan harta dan takhta, Dia akan melimpahkan hal-hal itu sesuai dengan kehendak-Nya.