Kesempatan untuk Memuliakan Allah
(1 Petrus 2: 11-17)
Menjadi seorang pendatang tidaklah selalu menyenangkan, bisa disambut dengan baik, bisa juga dicurigai. Seorang pendatang biasanya tidak punya hak apa pun.
Petrus menyebut orang Kristen sebagai pendatang dan perantau di dunia ini, karena kewargaan orang percaya memang ada di surga (11, lihat 1 Ptr. 1: 17). Meskipun begitu, bukan berarti ia harus menyesuaikan hidupnya dengan dunia. Ia harus memelihara hidup yang saleh, supaya ketika ada orang yang menggugat dia karena hidupnya, semua itu dapat berbalik menjadi pujian ketika Tuhan datang kelak.
Salah satu bentuk kesalehan adalah tunduk kepada mereka yang memiliki otoritas, bahkan bila pihak yang berotoritas itu menyebabkan orang percaya menderita. Petrus tidak memberi penjelasan mengenai pengecualian atau kualifikasi tentang tipikal otoritas yang harus kita patuhi. Kita harus tunduk bukan karena orang yang berotoritas itu bersikap benar dan adil, atau karena mereka melindungi kita. Seperti apa pun pemerintah yang berotoritas, kewajiban orang beriman adalah tunduk. Kita tunduk karena posisi yang Allah berikan kepada mereka. Kita tunduk karena kita mematuhi Allah. Mungkin saja pihak yang berotoritas tidak melakukan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik, tetapi pada suatu saat mereka harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Kita pun harus memberi pertanggungjawaban mengenai ketaatan kita kepada Allah dalam hal tunduknya kita kepada pihak yang berotoritas tersebut.
Renungkan: Tunduknya orang beriman kepada pihak yang berotoritas tidak menghalangi orang beriman untuk meminta pihak otoritas itu untuk juga bertindak sesuai hukum yang berlaku. Kiranya Tuhan menganugerahkan kemampuan untuk menaati perintah ini bagi kemuliaan Allah dan untuk kebaikan kita.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Yakobus 1: 1 – Wahyu 22: 21 hari ke-21
Petrus menyebut orang Kristen sebagai pendatang dan perantau di dunia ini, karena kewargaan orang percaya memang ada di surga (11, lihat 1 Ptr. 1: 17). Meskipun begitu, bukan berarti ia harus menyesuaikan hidupnya dengan dunia. Ia harus memelihara hidup yang saleh, supaya ketika ada orang yang menggugat dia karena hidupnya, semua itu dapat berbalik menjadi pujian ketika Tuhan datang kelak.
Salah satu bentuk kesalehan adalah tunduk kepada mereka yang memiliki otoritas, bahkan bila pihak yang berotoritas itu menyebabkan orang percaya menderita. Petrus tidak memberi penjelasan mengenai pengecualian atau kualifikasi tentang tipikal otoritas yang harus kita patuhi. Kita harus tunduk bukan karena orang yang berotoritas itu bersikap benar dan adil, atau karena mereka melindungi kita. Seperti apa pun pemerintah yang berotoritas, kewajiban orang beriman adalah tunduk. Kita tunduk karena posisi yang Allah berikan kepada mereka. Kita tunduk karena kita mematuhi Allah. Mungkin saja pihak yang berotoritas tidak melakukan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik, tetapi pada suatu saat mereka harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Kita pun harus memberi pertanggungjawaban mengenai ketaatan kita kepada Allah dalam hal tunduknya kita kepada pihak yang berotoritas tersebut.
Renungkan: Tunduknya orang beriman kepada pihak yang berotoritas tidak menghalangi orang beriman untuk meminta pihak otoritas itu untuk juga bertindak sesuai hukum yang berlaku. Kiranya Tuhan menganugerahkan kemampuan untuk menaati perintah ini bagi kemuliaan Allah dan untuk kebaikan kita.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Yakobus 1: 1 – Wahyu 22: 21 hari ke-21