Keputusan Tuhan dan Kesetiaan Bertekun
(Kisah Para Rasul 4: 23-31)
Para murid Tuhan menghadapi dilema besar: memberitakan Injil dan merisikokan diri untuk ditangkap atau tidak memberitakan Injil dan hidup aman. John Bunyan pernah menghadapi dilema yang serupa dan ia memilih untuk memberitakan Injil walau ia harus dipenjarakan tiga kali selama bertahun-tahun. Pendeta Wang Ming Tao juga meresikokan hidupnya tatkala komunisme menguasai Tiongkok.
“Setia sampai mati” adalah tema sentral Kristiani. Kita masih ingat pengalaman Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang dengan berani menolak menyembah patung yang didirikan Nebudkadnezar. Itu pulalah yang dilakukan oleh Petrus, Yohanes, serta murid Tuhan yang lainnya. Mereka tidak berhenti memberitakan Injil meski maut membayangi mereka.
Melalui sikap dan keputusan para tokoh iman dan para murid untuk terus memberitakan Injil meskipun berisiko kehilangan nyawa, kita belajar tentang dua hal penting. Pertama, mereka yakin bahwa yang mereka lakukan adalah hal yang sudah ditentukan Allah. Sehingga yang mereka perjuangkan adalah bagaimana agar hidup dan pekerjaan mereka menjadi pujian bagi Allah. Kedua, mereka mengandalkan kekuatan Allah melalui doa. Dalam doa keyakinan mereka diteguhkan, iman mereka dikutakan untuk tekun bersaksi. Ketiga, yakin bahwa orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi, dan bermalam dalam naungan-Nya akan memperoleh kepastian dan ketenangan (bdk. Mzm. 91). Memang tidak selalu anak Tuhan memiliki keberanian untuk bersaksi karena mungkin kita akan kehilangan banyak kesempatan bagi masa depan kita. Namun apakah sikap seperti itu yang sudah Allah tentukan untuk kita lakukan?
Renungkan: Manusia dapat dipenjarakan tetapi berita Injil tidak bisa dipenjarakan.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Kisah Para Rasul hari ke-11
“Setia sampai mati” adalah tema sentral Kristiani. Kita masih ingat pengalaman Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang dengan berani menolak menyembah patung yang didirikan Nebudkadnezar. Itu pulalah yang dilakukan oleh Petrus, Yohanes, serta murid Tuhan yang lainnya. Mereka tidak berhenti memberitakan Injil meski maut membayangi mereka.
Melalui sikap dan keputusan para tokoh iman dan para murid untuk terus memberitakan Injil meskipun berisiko kehilangan nyawa, kita belajar tentang dua hal penting. Pertama, mereka yakin bahwa yang mereka lakukan adalah hal yang sudah ditentukan Allah. Sehingga yang mereka perjuangkan adalah bagaimana agar hidup dan pekerjaan mereka menjadi pujian bagi Allah. Kedua, mereka mengandalkan kekuatan Allah melalui doa. Dalam doa keyakinan mereka diteguhkan, iman mereka dikutakan untuk tekun bersaksi. Ketiga, yakin bahwa orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi, dan bermalam dalam naungan-Nya akan memperoleh kepastian dan ketenangan (bdk. Mzm. 91). Memang tidak selalu anak Tuhan memiliki keberanian untuk bersaksi karena mungkin kita akan kehilangan banyak kesempatan bagi masa depan kita. Namun apakah sikap seperti itu yang sudah Allah tentukan untuk kita lakukan?
Renungkan: Manusia dapat dipenjarakan tetapi berita Injil tidak bisa dipenjarakan.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Kisah Para Rasul hari ke-11