Kepastian Pemulihan Tuhan
Yeremia 52: 24-34
Fokus utama pemberitaan Yeremia adalah rencana Tuhan membuang umat-Nya ke Babel karena dosa-dosa mereka.
Pembuangan bukanlah tujuan akhir, sebaliknya merupakan cara Tuhan untuk menyadarkan umat-Nya akan dosa.
Dalam nas hari ini, Tuhan menggunakan Nebuzaradan untuk menghabisi beberapa pemimpin negara Iain, seperti Zedekia, agar mereka tidak memberontak (24-27). Penulis juga mencatat jumlah tawanan yang diangkut ke pembuangan sebagai bukti kemenangan Babel dan penghakiman Allah dahsyat terhadap umat-Nya (28-31). Penaklukan Babel atas Israel dan Yehuda juga semakin terbukti melalui kondisi yang dialami Oleh Yoyakhin (32-34). Mereka menjadi tawanan dari bangsa asing. Pelajaran pahit yang diterima Yoyakhin seharusnya mengajar umat untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan taat pada-Nya.
Allah tak segan menghajar umat pilihan-Nya demi membentuk mereka menjadi pribadi yang sesuai rancangan Allah. Ketika Israel gagal taat pada-Nya, Allah membuang mereka agar umat-Nya menyadari bahwa mereka tak mampu hidup Allah. Apa yang pernah dialami oleh bangsa pilihan juga dapat terjadi dalam kehidupan umat Tuhan di zaman ini. la mengasihi umatNya, karena itu la rela menghukum agar anak-anak-Nya belajar untuk hidup lebih baik. Pengalaman dihajar oleh Allah harusnya menjadi pelajaran berarti bagi hidup kita untuk terus beriman dan taat pada-Nya, bukan malah berbalik dan meninggalkan-Nya.
Penutup kitab ini menjadi contoh pola relasi Allah dengan umat-Nya. la adalah Bapa yang penuh kasih sekaligus tegas. la rela menghukum dengan keras, namun juga mampu mengampuni dan memulihkan orang-orang pilihan-Nya. Sebab itu, terimalah segala didikan Tuhan dengan sukacita dan taati perintah-Nya.
Renungkan: Allah mendidik setiap anak-anak-Nya dengan berbagai cara, termasuk dengan cara yang keras agar mereka berubah dan hidup lebih baik lagi.
Pembuangan bukanlah tujuan akhir, sebaliknya merupakan cara Tuhan untuk menyadarkan umat-Nya akan dosa.
Dalam nas hari ini, Tuhan menggunakan Nebuzaradan untuk menghabisi beberapa pemimpin negara Iain, seperti Zedekia, agar mereka tidak memberontak (24-27). Penulis juga mencatat jumlah tawanan yang diangkut ke pembuangan sebagai bukti kemenangan Babel dan penghakiman Allah dahsyat terhadap umat-Nya (28-31). Penaklukan Babel atas Israel dan Yehuda juga semakin terbukti melalui kondisi yang dialami Oleh Yoyakhin (32-34). Mereka menjadi tawanan dari bangsa asing. Pelajaran pahit yang diterima Yoyakhin seharusnya mengajar umat untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan taat pada-Nya.
Allah tak segan menghajar umat pilihan-Nya demi membentuk mereka menjadi pribadi yang sesuai rancangan Allah. Ketika Israel gagal taat pada-Nya, Allah membuang mereka agar umat-Nya menyadari bahwa mereka tak mampu hidup Allah. Apa yang pernah dialami oleh bangsa pilihan juga dapat terjadi dalam kehidupan umat Tuhan di zaman ini. la mengasihi umatNya, karena itu la rela menghukum agar anak-anak-Nya belajar untuk hidup lebih baik. Pengalaman dihajar oleh Allah harusnya menjadi pelajaran berarti bagi hidup kita untuk terus beriman dan taat pada-Nya, bukan malah berbalik dan meninggalkan-Nya.
Penutup kitab ini menjadi contoh pola relasi Allah dengan umat-Nya. la adalah Bapa yang penuh kasih sekaligus tegas. la rela menghukum dengan keras, namun juga mampu mengampuni dan memulihkan orang-orang pilihan-Nya. Sebab itu, terimalah segala didikan Tuhan dengan sukacita dan taati perintah-Nya.
Renungkan: Allah mendidik setiap anak-anak-Nya dengan berbagai cara, termasuk dengan cara yang keras agar mereka berubah dan hidup lebih baik lagi.