Kembalilah Mengasihi Kami
( Mazmur 89: 39-52)
Pemimpin sejati bukan hanya mampu memberi perintah dan arahan, namun dapat menjadi teladan bagi orang yang dipimpinnya. Setidaknya hal inilah yang hendak disampaikan Ki Hajar Dewantara lewat peribahasa jawa, “ing ngarso sung tulodho.” Artinya, di depan memberi teladan atau contoh. Beliau sadar bahwa tingkah laku pemimpin berdampak bagi kehidupan dan tingkah laku orang yang dipimpinnya.
Mazmur 89 ditutup dengan kenyataan pahit bahwa keturunan Daud tidak bertakhta lagi di Israel. Musuh menyerbu dan menghancurkan Israel. Semua ini terjadi karena murka Tuhan terhadap umat-Nya (47). Tuhanlah yang menyerahkan mereka kepada musuh (43-46). Walau mazmur ini tidak mengungkapkan alasan yang pasti, namun berdasarkan sejarah Israel, kita tahu bagaimana hidup para pemimpin Israel penuh dosa. Mereka mengkhianati perjanjian Sinai dengan menyembah ilah lain. Dampaknya, umat pun berpaling dari pada Allah.
Menyadari bahwa penolakan Tuhan atas mereka adalah akibat dari kesalahan mereka sendiri. Karenanya, pemazmur memohon belas kasih Tuhan agar mengampuni dan memulihkan lagi mereka. Ia yakin Tuhan tidak akan menolak mereka selama-lamanya. Semua yang terjadi ini adalah cara Tuhan agar mereka sadr dan degera bertobat.
Pertobatan dan sikap hidup seorang pemimpin adalah suatu yang penting yang baik akan membawa kesejahteraan bagi orang yang dipimpinnya. Itulah Kristus juga tunjukan dalam kehidupan-Nya. Ia bukan hanya membawa kesembuhan dan memberi teladan. Bahkan, Ia rela mennyerahkan nyawa-Nya demi orang-orang yang dikasihi-Nya. Karena itu, sungguh layak bila Kristus menjadi pemimpin yang sejati atas hidup kita
Renungkan: Sudahkah kita menjadikan Kristus sebagai pemimpin dalam hidup kita? Kristus adalah pemmpin yang sejati, ia memberikan hidup dan teladan-Nya bagi tiap orang percaya.
Mazmur 89 ditutup dengan kenyataan pahit bahwa keturunan Daud tidak bertakhta lagi di Israel. Musuh menyerbu dan menghancurkan Israel. Semua ini terjadi karena murka Tuhan terhadap umat-Nya (47). Tuhanlah yang menyerahkan mereka kepada musuh (43-46). Walau mazmur ini tidak mengungkapkan alasan yang pasti, namun berdasarkan sejarah Israel, kita tahu bagaimana hidup para pemimpin Israel penuh dosa. Mereka mengkhianati perjanjian Sinai dengan menyembah ilah lain. Dampaknya, umat pun berpaling dari pada Allah.
Menyadari bahwa penolakan Tuhan atas mereka adalah akibat dari kesalahan mereka sendiri. Karenanya, pemazmur memohon belas kasih Tuhan agar mengampuni dan memulihkan lagi mereka. Ia yakin Tuhan tidak akan menolak mereka selama-lamanya. Semua yang terjadi ini adalah cara Tuhan agar mereka sadr dan degera bertobat.
Pertobatan dan sikap hidup seorang pemimpin adalah suatu yang penting yang baik akan membawa kesejahteraan bagi orang yang dipimpinnya. Itulah Kristus juga tunjukan dalam kehidupan-Nya. Ia bukan hanya membawa kesembuhan dan memberi teladan. Bahkan, Ia rela mennyerahkan nyawa-Nya demi orang-orang yang dikasihi-Nya. Karena itu, sungguh layak bila Kristus menjadi pemimpin yang sejati atas hidup kita
Renungkan: Sudahkah kita menjadikan Kristus sebagai pemimpin dalam hidup kita? Kristus adalah pemmpin yang sejati, ia memberikan hidup dan teladan-Nya bagi tiap orang percaya.