Kebebalan Melebihi Binatang
(Hosea 13: 1‐15)
Yesaya pernah mengungkapkan kebebalan Yehuda seperti ini, lembu mengenal pemiliknya, keledai mengenal palungannya, tetapi umat Tuhan tidak mengenai Tuhannya (Yes 1: 3). Yesaya juga berkata ibarat anak nakal yang sudah dipukul berkali‐kali di sekujur tubuh, tapi tidak pernah kapok.
Hal yang sama berlaku atas Israel. Kesombongannya membuat ia merasa tidak perlu bertobat. Bahkan ia tidak merasa perlu Tuhan. Bodohnya ia membuat berhala lalu menyebahnya! Menolak Allah yang sejati demi menyembah yang palsu, betapa bebalnya. Padahal Tuhan sudah menjadi penolongnya saat ia hadir dalam panggung sejarah, dengan menebusnya dari perbudakan Mesir dan membimbingnya dalam perjalanan di padang gurun (4‐5). Sesaat mereka seakan mengenal dan mengikut Tuhan, tetapi lalu mereka melupakan Dia (6). Pendurhakaan mereka harus dibayar mahal. Allah bagaikan singa atau macan tutul atau beruang mengintai untuk memangsa mereka (7‐8).
Israel merasa tidak perlu Tuhan, maka sekarang mereka harus menghadapi Tuhan sebagai musuh (9). Tak seorangpun yang dapat menolong mereka. Ini sebenarnya dosa lama. Dulu, ketika mereka meminta raja kepada Samuel, mereka sedang menolak Allah sebagai raja mereka (1 Sam. 8: 7‐8). Maka, walaupun mereka mendapatkan seorang raja untuk memimpin mereka, raja tidak dapat menolong mereka menghadapi tangan murka Allah yang siap menghukum mereka habis‐habisan.
Renungkan: Sejak awal sudah terlihat bahwa Israel terus‐menerus menyakiti hati Tuhan. Apalagi yang bisa diharapkan dari mereka selain hukuman Allah yang setimpal dengan perbuatan mereka. Akan tetapi, jangan lupa bahwa Tuhan bukan seperti yang dipikirkan manusia. Allah boleh keras dan tegas dalam penghukuman‐Nya, tetapi juga Dia penuh kasih kepada umat‐Nya apabila mereka minta ampun kepada‐Nya.
Hal yang sama berlaku atas Israel. Kesombongannya membuat ia merasa tidak perlu bertobat. Bahkan ia tidak merasa perlu Tuhan. Bodohnya ia membuat berhala lalu menyebahnya! Menolak Allah yang sejati demi menyembah yang palsu, betapa bebalnya. Padahal Tuhan sudah menjadi penolongnya saat ia hadir dalam panggung sejarah, dengan menebusnya dari perbudakan Mesir dan membimbingnya dalam perjalanan di padang gurun (4‐5). Sesaat mereka seakan mengenal dan mengikut Tuhan, tetapi lalu mereka melupakan Dia (6). Pendurhakaan mereka harus dibayar mahal. Allah bagaikan singa atau macan tutul atau beruang mengintai untuk memangsa mereka (7‐8).
Israel merasa tidak perlu Tuhan, maka sekarang mereka harus menghadapi Tuhan sebagai musuh (9). Tak seorangpun yang dapat menolong mereka. Ini sebenarnya dosa lama. Dulu, ketika mereka meminta raja kepada Samuel, mereka sedang menolak Allah sebagai raja mereka (1 Sam. 8: 7‐8). Maka, walaupun mereka mendapatkan seorang raja untuk memimpin mereka, raja tidak dapat menolong mereka menghadapi tangan murka Allah yang siap menghukum mereka habis‐habisan.
Renungkan: Sejak awal sudah terlihat bahwa Israel terus‐menerus menyakiti hati Tuhan. Apalagi yang bisa diharapkan dari mereka selain hukuman Allah yang setimpal dengan perbuatan mereka. Akan tetapi, jangan lupa bahwa Tuhan bukan seperti yang dipikirkan manusia. Allah boleh keras dan tegas dalam penghukuman‐Nya, tetapi juga Dia penuh kasih kepada umat‐Nya apabila mereka minta ampun kepada‐Nya.