Kasih Allah dan Hukuman-Nya
(Keluaran 32: 15-35)
Sebagai pemimpin, Musa cepat tanggap melihat situasi umat Israel yang kacau dan tak terkendali (25). Pertama-tama, Ia mewakili Tuhan menyatakan amarahnya dan kesedihannya atas pengkhianatan umat-Nya, dengan menghancurkan kedua loh batu, membakar dan menggilingnya halus-halus, lalu menyuruh umat Israel meminumnya (19b-20). Ini menyatakan bahwa umat yang bersalah harus menanggung akibat dosanya.
Selanjutnya, Musa menegur Harun, yang seharusnya membimbing umat Israel menyembah Tuhan, tetapi justru mengikuti kehendak mereka membuat berhala (21). Kemudian, Musa menantang umat Israel untuk membersihkan para penyembah lembu emas itu dari tengah-tengah mereka (26-27). Ternyata dari dua belas suku Israel hanya suku Lewi saja yang berpihak kepada Tuhan dan menumpas semua pengkhianat itu (28). Tindakan itu merupakan tindakan bakti terhadap Allah (29).
Kebesaran jiwa Musa sebagai seorang pemimpin patut diteladani. Walaupun ia menegur umat Israel dengan keras, namun ia tidak cuci tangan. Ia tetap mewakili umat Tuhan untuk memohonkan pengampunan-Nya bagi mereka (30-32). Tuhan juga bertindak adil, yang bersalah saja yang akan dihukum (33). Bahkan Ia tetap menepati janji-Nya untuk menuntun umat-Nya (34a) meskipun Ia tetap harus menghukum perbuatan Israel (34b-35).
Harun bukan pemimpin baik karena ia bersedia mengikuti permintaan salah dari umatnya. Ia turut hanyut dalam dosa yang dilakukan Israel, namun ia menolak dipersalahkan karena menegakkan perintah Tuhan, namun mau berbagi rasa dengan umat yang berdosa bahkan mengupayakan pengampunan bagi mereka (32).
Renungkan: Pemimpin umat seharusnya berdiri di pihak Tuhan dengan menegakkan firman-Nya. Dalam pengaruh kepemimpinan Anda, sudahkah Anda juga melakukannya?
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Keluaran hari ke-65
Selanjutnya, Musa menegur Harun, yang seharusnya membimbing umat Israel menyembah Tuhan, tetapi justru mengikuti kehendak mereka membuat berhala (21). Kemudian, Musa menantang umat Israel untuk membersihkan para penyembah lembu emas itu dari tengah-tengah mereka (26-27). Ternyata dari dua belas suku Israel hanya suku Lewi saja yang berpihak kepada Tuhan dan menumpas semua pengkhianat itu (28). Tindakan itu merupakan tindakan bakti terhadap Allah (29).
Kebesaran jiwa Musa sebagai seorang pemimpin patut diteladani. Walaupun ia menegur umat Israel dengan keras, namun ia tidak cuci tangan. Ia tetap mewakili umat Tuhan untuk memohonkan pengampunan-Nya bagi mereka (30-32). Tuhan juga bertindak adil, yang bersalah saja yang akan dihukum (33). Bahkan Ia tetap menepati janji-Nya untuk menuntun umat-Nya (34a) meskipun Ia tetap harus menghukum perbuatan Israel (34b-35).
Harun bukan pemimpin baik karena ia bersedia mengikuti permintaan salah dari umatnya. Ia turut hanyut dalam dosa yang dilakukan Israel, namun ia menolak dipersalahkan karena menegakkan perintah Tuhan, namun mau berbagi rasa dengan umat yang berdosa bahkan mengupayakan pengampunan bagi mereka (32).
Renungkan: Pemimpin umat seharusnya berdiri di pihak Tuhan dengan menegakkan firman-Nya. Dalam pengaruh kepemimpinan Anda, sudahkah Anda juga melakukannya?
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Keluaran hari ke-65