Jangan Sia-siakan Waktu
(2 Timotius 4: 9-22)
Waktu adalah koin paling berharga dalam hidupmu. Ungkapan John Dryden ini, menggambarkan bagaimana berharganya waktu yang dimiliki seseorang. Karena itu, setiap kita perlu untuk mempergunakan waktu kita dengan bijaksana (band. Ef. 5: 16).
Bagian yang kita baca hari ini adalah penutup surat Paulus. Surat ini merupakan karya terakhir yang ia tulis menjalang waktu kematiannya. Ia sadar waktunya tidak lama lagi, karena itu secara personal ia memohon kedatangan beberapa rekan terdekatnya (9, 11). Di sisi lain, ia juga memberikan nasihat kepada anak rohaninya untuk berhati-hati dengan beberapa orang, contohnya Aleksander (14-15).
Paulus juga bersyukur kepada Tuhan, meskipun ia ditinggalkan sendiri ketika menghadapi penghakiman namun Allah tetap memberikan kekuatan kepada-Nya (16-18). Selain itu, ia juga menyampaikan salam untuk beberapa rekan sekerjanya, seperti Priskila, Akwila, Onesiforus, Ebulus, dan beberapa rekan lainnya (19-21).
Dimasa-masa akhir hidupnya, cinta Paulus pada Tuhan tidaklah pudar. Ia tetap memiliki kerinduan akan firman Tuhan. Karena itu, ia meminta Timotius untuk membawakan kitab miliknya (13). Menurut beberapa penafsir, kitab yang dimaksud Paulus adalah tulisan-tulisan Perjanjian Lama yang dikumpulkan dan disalinnya selama ia hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana kecintaan Paulus akan firman Allah. Bahkan hingga saat-saat terakhir hidupnya, kerinduan itu tidak pernah pudar.
Kecintaan pada Firman Tuhan memberikan kekuatan tersendiri bagi orang percaya. Menghadapi kematian, banyak orang merasakan ketakutan bahkan keputusasaaan. Saat seperti ini, seseorang butuh kekuatan dan pengharapan lewat firman Tuhan. Karena hanya melalui Firman, kita menemukan janji keselamatan yang pasti di dalam Kristus. Di sanalah ada kepastian akan hidup yang kekal bersama Allah.
Respons: Pergunakan waktu yang kita punya untuk belajar Firman dan bersyukur untuk pengharapan yang terdapat di dalam Kristus.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab 1 Tesalonika 1: 1-2 Timotius 4: 22 hari ke-38
Bagian yang kita baca hari ini adalah penutup surat Paulus. Surat ini merupakan karya terakhir yang ia tulis menjalang waktu kematiannya. Ia sadar waktunya tidak lama lagi, karena itu secara personal ia memohon kedatangan beberapa rekan terdekatnya (9, 11). Di sisi lain, ia juga memberikan nasihat kepada anak rohaninya untuk berhati-hati dengan beberapa orang, contohnya Aleksander (14-15).
Paulus juga bersyukur kepada Tuhan, meskipun ia ditinggalkan sendiri ketika menghadapi penghakiman namun Allah tetap memberikan kekuatan kepada-Nya (16-18). Selain itu, ia juga menyampaikan salam untuk beberapa rekan sekerjanya, seperti Priskila, Akwila, Onesiforus, Ebulus, dan beberapa rekan lainnya (19-21).
Dimasa-masa akhir hidupnya, cinta Paulus pada Tuhan tidaklah pudar. Ia tetap memiliki kerinduan akan firman Tuhan. Karena itu, ia meminta Timotius untuk membawakan kitab miliknya (13). Menurut beberapa penafsir, kitab yang dimaksud Paulus adalah tulisan-tulisan Perjanjian Lama yang dikumpulkan dan disalinnya selama ia hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana kecintaan Paulus akan firman Allah. Bahkan hingga saat-saat terakhir hidupnya, kerinduan itu tidak pernah pudar.
Kecintaan pada Firman Tuhan memberikan kekuatan tersendiri bagi orang percaya. Menghadapi kematian, banyak orang merasakan ketakutan bahkan keputusasaaan. Saat seperti ini, seseorang butuh kekuatan dan pengharapan lewat firman Tuhan. Karena hanya melalui Firman, kita menemukan janji keselamatan yang pasti di dalam Kristus. Di sanalah ada kepastian akan hidup yang kekal bersama Allah.
Respons: Pergunakan waktu yang kita punya untuk belajar Firman dan bersyukur untuk pengharapan yang terdapat di dalam Kristus.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab 1 Tesalonika 1: 1-2 Timotius 4: 22 hari ke-38