Jangan Berlaku Tidak Adil!
(Hakim-Hakim 9: 22-57)
Allah tidak akan pernah membiarkan kejahatan menunjukkan kemenangannya. Ada saat bagi Allah untuk menegakkan keadilan-Nya atas si jahat. Itulah yang kemudian terjadi atas Abimelekh dan Sikhem.
Kekuasaan Abimelekh atas Israel ternyata sangat terbatas. Ia hanya menguasai Sikhem dan daerah-daerah di sekitarnya. Ia sendiri tinggal di Aruma, kira-kira lima mil di sebelah Tenggara Sikhem. Mungkin inilah yang memicu munculnya semangat untuk melawan Abimelekh, di hati orang Sikhem (25). Abimelekh memang menempatkan Zebul untuk menguasai kota itu (30). Kemudian Gaal berhasil memprovokasi orang-orang Sikhem untuk memberontak terhadap Abimelekh (26-29). Mereka jadi percaya bahwa Gaal dapat melindungi mereka dalam perlawan terhadap Abimelekh
Tetapi, ada sutradara di balik layar. Dialah Allah yang hendak membalas kematian 70 orang saudara Abimelekh (56-57). Berdasarkan pengaduan Zebul (30-31), Abimelekh turun tangan untuk menaklukan Sikhem. Bagai banteng mengamuk, ia memporak-porandakan Sikhem dan membinasakan mereka. Orang-orang yang berada di ladang, bersembunyi di dalam liang (46-49), atau di dalam menara (50-52), dikejar juga. Lalu nyatalah kuasa keadilan Tuhan. Abimelekh yang telah menghabisi nyawa sekian ribu orang, nyawanya sendiri kemudian dihabisi oleh seorang perempuan yang melempari kepalanya dengan batu (53). Itulah hukuman bagi Abimelekh dan orang-orang Sikhem. Kedua belah pihak binasa. Setelah tiga tahun dinyatakan, akhirnya nubuat Yotam tergenapi (57).
Allah memang tidak akan membiarkan ketidakadilan merajalela. Meski tidak ada jarak waktu tiga tahun, tetapi kita melihat bahwa Allah tidak lalai. Kiranya ini menguatkan iman kita untuk tetap berharap hanya kepada Allah, yang mahaadil, saat kita mengalami ketidakadilan. Sebaliknya, kita harus memperhatikan sikap kita pada orang lain. Jangan sampai kita pun berlaku tidak adil.
Kekuasaan Abimelekh atas Israel ternyata sangat terbatas. Ia hanya menguasai Sikhem dan daerah-daerah di sekitarnya. Ia sendiri tinggal di Aruma, kira-kira lima mil di sebelah Tenggara Sikhem. Mungkin inilah yang memicu munculnya semangat untuk melawan Abimelekh, di hati orang Sikhem (25). Abimelekh memang menempatkan Zebul untuk menguasai kota itu (30). Kemudian Gaal berhasil memprovokasi orang-orang Sikhem untuk memberontak terhadap Abimelekh (26-29). Mereka jadi percaya bahwa Gaal dapat melindungi mereka dalam perlawan terhadap Abimelekh
Tetapi, ada sutradara di balik layar. Dialah Allah yang hendak membalas kematian 70 orang saudara Abimelekh (56-57). Berdasarkan pengaduan Zebul (30-31), Abimelekh turun tangan untuk menaklukan Sikhem. Bagai banteng mengamuk, ia memporak-porandakan Sikhem dan membinasakan mereka. Orang-orang yang berada di ladang, bersembunyi di dalam liang (46-49), atau di dalam menara (50-52), dikejar juga. Lalu nyatalah kuasa keadilan Tuhan. Abimelekh yang telah menghabisi nyawa sekian ribu orang, nyawanya sendiri kemudian dihabisi oleh seorang perempuan yang melempari kepalanya dengan batu (53). Itulah hukuman bagi Abimelekh dan orang-orang Sikhem. Kedua belah pihak binasa. Setelah tiga tahun dinyatakan, akhirnya nubuat Yotam tergenapi (57).
Allah memang tidak akan membiarkan ketidakadilan merajalela. Meski tidak ada jarak waktu tiga tahun, tetapi kita melihat bahwa Allah tidak lalai. Kiranya ini menguatkan iman kita untuk tetap berharap hanya kepada Allah, yang mahaadil, saat kita mengalami ketidakadilan. Sebaliknya, kita harus memperhatikan sikap kita pada orang lain. Jangan sampai kita pun berlaku tidak adil.