Injil Tidak Bisa Dimatikan
(Kisah Para Rasul 11: 19-30)
Kekristenan di Yerusalem tidak dimatikan seiring dengan kematian Stefanus. Walau peristiwa kematian Stefanus sangat tragis, tetapi justru telah menjadi titik berangkat bagi tersebarnya Injil. Di dalam kehidupan kita sekarang, banyak sekali nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan yang kelihatannya sedang dihancurkan secara teratur dan sistematis. Tetapi teks ini menyiratkan kepada kita bahwa nilai-nilai kebenaran tidak pernah bisa dimatikan. Peristiwa tragis itu telah membuat Kekristenan keluar dari padang gembalaan lokal dan mulai menjangkau dunia secara utuh sebagai ladang Injil. Dengan demikian Kekristenan keluar dari cobaan untuk selalu mempersempit ruang gerak atau membatasi karya pelayanan hanya di satu kawasan tertentu. Firman Tuhan mengatakan: “Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan”. Tidak saja terjadi perubahan secara kuantitas, tetapi juga perubahan secara kualitas.
Barnabas, seorang pemimpin yang baik dan berkualitas. Seorang dermawan, berkarakter baik, dan beriman kepada Tuhan. Hal pertama yang dilakukan ketika sampai di Antiokia ialah mengingat Paulus. Ia bisa melihat sebuah potensi yang luar biasa di dalam diri Paulus, akan sangat disesalkan jika potensi itu ditelantarkan. Bukan banyak sekali pemimpin yang tidak bisa bekerja sama dengan orang lain? Akibatnya banyak sekali kesempatan-kesempatan yang menentukan berlalu begitu saja. Banyak sekali masalah besar di dalam gereja tidak terselesaikan, karena kepemimpinan yang sangat menyedihkan.
Renungkanlah: Ketika tantangan datang baik dari dalam maupun dari luar menerpa kehidupan Kekeristenan, kita membutuhkan seorang pemimpin seperti Barnabas. Pemimpin seperti inilah yang mampu membuat suatu perubahan besar.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Kisah Para Rasul hari ke-32
Barnabas, seorang pemimpin yang baik dan berkualitas. Seorang dermawan, berkarakter baik, dan beriman kepada Tuhan. Hal pertama yang dilakukan ketika sampai di Antiokia ialah mengingat Paulus. Ia bisa melihat sebuah potensi yang luar biasa di dalam diri Paulus, akan sangat disesalkan jika potensi itu ditelantarkan. Bukan banyak sekali pemimpin yang tidak bisa bekerja sama dengan orang lain? Akibatnya banyak sekali kesempatan-kesempatan yang menentukan berlalu begitu saja. Banyak sekali masalah besar di dalam gereja tidak terselesaikan, karena kepemimpinan yang sangat menyedihkan.
Renungkanlah: Ketika tantangan datang baik dari dalam maupun dari luar menerpa kehidupan Kekeristenan, kita membutuhkan seorang pemimpin seperti Barnabas. Pemimpin seperti inilah yang mampu membuat suatu perubahan besar.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Kisah Para Rasul hari ke-32