Iman yang Tidak Goyah
( Ayub 19: 1-29 )
Ketika semua orang memusuhi kita, bahkan Tuhan pun tidak mendukung kita, bagaimana kita harus bersikap? Jika salah bersikap, jangan-jangan kita menjadi pribadi yang gampang menyerah pada nasib.
Ayub mengalami penderitaan hidup yang sangat berat (3). Penderitaan itu bertambah dahsyat karena para sahabatnya tidak menyalahkan dan menolaknya (19:2-6,7). Mereka seakan-akan bertindak menjadi Allah bagi Ayub (21-22). Meski demikian, Ayub sekali lagi menyatakan bahwa penderitaan yang dialaminya tidak berkaitan dengan dosanya, melainkan disebabkan perbuatan Allah dalam kedaulatan-Nya atas dirinya (6,8-12). Dampak dari keyakinannya, semua orang menjauhkan diri dari Ayub, termasuk teman, keluarga yang paling dekat, bahkan anak-anak (13-19).
Ayub tidak mempermasalahkan mereka yang telah menjauhi dirinya. Ayub sendiri merasakan keadaan fisiknya begitu menjijikan sehingga wajar kalau manusia normal tidak akan mau berdekatan dengan dirinya (20). Satu hal yang luar biasa dari Ayub adalah imannya yang tidak kehilangan fokus, tetapi tetap tertuju kepada Allah. Meskipun pada ayat 7 Ayub menuduh Allah bertindak tidak adil kepadanya, bahkan dengan sengaja menyengsarakan dia. Akan tetapi pada akhir pasal 19 ini, Ayub meyakini bahwa Allah yang sama akan tampil membelanya (25-29). Seakan-akan Ayub berkata, “Oleh karena Engkau yang mengizinkan aku menderita, maka Engkau pasti yang akan memulihkan aku”!.
Renungkan: Apa yang Anda harapkan dari Allah saat menderita? Beragam jawaban pasti timbul. Banyak orang Kristen mengharapkan Allah datang dan membukakan jalan secara instan dan menakjubkan seperti mukjizat. Akan tetapi, jika harapan Anda tidak terwujud, apakah iman Anda goyah dan beralih kepada Allah lain?.
Ayub mengalami penderitaan hidup yang sangat berat (3). Penderitaan itu bertambah dahsyat karena para sahabatnya tidak menyalahkan dan menolaknya (19:2-6,7). Mereka seakan-akan bertindak menjadi Allah bagi Ayub (21-22). Meski demikian, Ayub sekali lagi menyatakan bahwa penderitaan yang dialaminya tidak berkaitan dengan dosanya, melainkan disebabkan perbuatan Allah dalam kedaulatan-Nya atas dirinya (6,8-12). Dampak dari keyakinannya, semua orang menjauhkan diri dari Ayub, termasuk teman, keluarga yang paling dekat, bahkan anak-anak (13-19).
Ayub tidak mempermasalahkan mereka yang telah menjauhi dirinya. Ayub sendiri merasakan keadaan fisiknya begitu menjijikan sehingga wajar kalau manusia normal tidak akan mau berdekatan dengan dirinya (20). Satu hal yang luar biasa dari Ayub adalah imannya yang tidak kehilangan fokus, tetapi tetap tertuju kepada Allah. Meskipun pada ayat 7 Ayub menuduh Allah bertindak tidak adil kepadanya, bahkan dengan sengaja menyengsarakan dia. Akan tetapi pada akhir pasal 19 ini, Ayub meyakini bahwa Allah yang sama akan tampil membelanya (25-29). Seakan-akan Ayub berkata, “Oleh karena Engkau yang mengizinkan aku menderita, maka Engkau pasti yang akan memulihkan aku”!.
Renungkan: Apa yang Anda harapkan dari Allah saat menderita? Beragam jawaban pasti timbul. Banyak orang Kristen mengharapkan Allah datang dan membukakan jalan secara instan dan menakjubkan seperti mukjizat. Akan tetapi, jika harapan Anda tidak terwujud, apakah iman Anda goyah dan beralih kepada Allah lain?.