Hukum Taurat VS Injil Anugerah
(Galatia 5: 1-12)
Apa daya tarik ajaran yang menjadikan usaha menaati hukum Taurat sebagai jalan keselamatan yang membuat orang berpaling dari Injil anugerah? Jawabannya: Gengsi. Menerima anugerah berarti mengaku tidak berdaya. Sebaliknya, dengan melakukan Taurat berarti bisa membanggakan diri telah mengerjakan keselamatan untuk diri sendiri.
Paulus menghimbau jemaat Galatia untuk kembali setia kepada ajaran Injil sejati dan menolak Injil palsu yang mau menghambakan diri mereka kepada Taurat (1). Orang yang kembali kepada hukum Taurat akan menerima konsekuensi sebagai berikut: Pertama, ia ada dalam bahaya di luar keselamatan karena menolak karya Kristus di salib (2,4). Baginya Kristus tidak dapat menyelamatkan dirinya. Hanya ia sendiri yang dapat menyelamatkan diri melalui menaati hukum Taurat. Kedua, hukum Taurat menjadi alat pendakwa dirinya karena keselamatannya bergantung penuh kepada kemampuannya menaati hukum tersebut secara sempurna (3-4). Jemaat Galatia sudah memiliki anugerah keselamatan itu, maka mereka seharusnya tidak membiarkan diri disesatkan (6-9). Namun Paulus yakin bahwa jemaat Galatia tidak akan murtad. Sebaliknya, mereka akan berjuang melawan penyesat-penyesat itu. Penyesat-penyesat itu harus dibasmi karena kalau tidak mereka akan merusak keharmonisan gereja. Paulus yakin mereka akan dihukum Tuhan (10).
Gereja harus berani bertindak tegas terhadap orang-orang yang memaksakan berbagai peraturan sebagai syarat untuk diselamatkan. Kalau hal ini dibiarkan akan menimbulkan kekacauan. Akan ada orang-orang yang menyombongkan diri oleh karena mereka sudah taat melakukan peraturan-peraturan tersebut. Sebaliknya, juga akan banyak orang merasa bersalah dan berdosa karena tidak dapat dengan sempurna melakukannya.
Camkan: Setiap ajaran yang menggantikan kasih karunia dengan kesombongan hanya akan membuahkan perpecahan dalam gereja.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Galatia 1: 1-Efesus 6: 24 hari ke-12
Paulus menghimbau jemaat Galatia untuk kembali setia kepada ajaran Injil sejati dan menolak Injil palsu yang mau menghambakan diri mereka kepada Taurat (1). Orang yang kembali kepada hukum Taurat akan menerima konsekuensi sebagai berikut: Pertama, ia ada dalam bahaya di luar keselamatan karena menolak karya Kristus di salib (2,4). Baginya Kristus tidak dapat menyelamatkan dirinya. Hanya ia sendiri yang dapat menyelamatkan diri melalui menaati hukum Taurat. Kedua, hukum Taurat menjadi alat pendakwa dirinya karena keselamatannya bergantung penuh kepada kemampuannya menaati hukum tersebut secara sempurna (3-4). Jemaat Galatia sudah memiliki anugerah keselamatan itu, maka mereka seharusnya tidak membiarkan diri disesatkan (6-9). Namun Paulus yakin bahwa jemaat Galatia tidak akan murtad. Sebaliknya, mereka akan berjuang melawan penyesat-penyesat itu. Penyesat-penyesat itu harus dibasmi karena kalau tidak mereka akan merusak keharmonisan gereja. Paulus yakin mereka akan dihukum Tuhan (10).
Gereja harus berani bertindak tegas terhadap orang-orang yang memaksakan berbagai peraturan sebagai syarat untuk diselamatkan. Kalau hal ini dibiarkan akan menimbulkan kekacauan. Akan ada orang-orang yang menyombongkan diri oleh karena mereka sudah taat melakukan peraturan-peraturan tersebut. Sebaliknya, juga akan banyak orang merasa bersalah dan berdosa karena tidak dapat dengan sempurna melakukannya.
Camkan: Setiap ajaran yang menggantikan kasih karunia dengan kesombongan hanya akan membuahkan perpecahan dalam gereja.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Galatia 1: 1-Efesus 6: 24 hari ke-12