Hikmat Juga Mendisiplin
(Amsal 3: 11-26)
Kasih Allah dapat terwujud dalam dua hal, yaitu melalui berkat dan pendisiplinan-Nya. Karena itu, Allah pernah berfirman, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar;” (Why. 3: 19). Teguran dan pendisiplinan merupakan ungkapan kasih Allah agar umat-Nya dapat hidup di jalan yang benar.
Pengamsal sangat memahami konsep kasih yang memiliki sifat mendidik ini. Ia menasihati umat Israel sebagai anaknya untuk belajar menerima didikan Tuhan dan memerhatikan peringatan yang Allah berikan. (11). Semua itu Allah lakukan sebagai bukti kasih dan perhatian-Nya kepada anak-anak-Nya (12, bdk. Ibr. 12: 5-6).
Teguran yang Allah sampaikan demi kebaikan umat-Nya. Karena itu, pengamsal dengan yakin menyatakan bahwa orang yang mendengar dan mentaati peringatan-Nya disebut orang yang berbahagia. Kemampuan untuk mendengar dan menaati perintah Tuhan tidak muncul secara otomatis dalam diri kita. Pengamsal sadar bahwa cenderung manusia berdosa lebih mengikuti keinginan dagingnya. Karena itu, pengamsal menekankan bahwa hikmat dapat dimiliki melalui kedekatan hubungan dengan Tuhan (19-26). Dengan demikian, tidak mengherankan bila pengamsal menyebut orang yang hidup dekat dengan Allah sebagai orang yang bahagia. Sebab, mereka akan beroleh berkat yang tidak ternilai, melebihi perak, emas, atau pun permata (13-18). Berkat yang mereka terima adalah umur panjang, damai sejahtera, kehormatan, dan kebahagiaan (16-18).
Renungkan: Jangan pernah menolak didikan dan peringatan dari Allah. Marilah kita menjalin relasi intim dengan Dia dan hidup seturut kehendak-Nya. Itulah kunci berkat dan hidup yang sejati.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Amsal hari ke-7
Pengamsal sangat memahami konsep kasih yang memiliki sifat mendidik ini. Ia menasihati umat Israel sebagai anaknya untuk belajar menerima didikan Tuhan dan memerhatikan peringatan yang Allah berikan. (11). Semua itu Allah lakukan sebagai bukti kasih dan perhatian-Nya kepada anak-anak-Nya (12, bdk. Ibr. 12: 5-6).
Teguran yang Allah sampaikan demi kebaikan umat-Nya. Karena itu, pengamsal dengan yakin menyatakan bahwa orang yang mendengar dan mentaati peringatan-Nya disebut orang yang berbahagia. Kemampuan untuk mendengar dan menaati perintah Tuhan tidak muncul secara otomatis dalam diri kita. Pengamsal sadar bahwa cenderung manusia berdosa lebih mengikuti keinginan dagingnya. Karena itu, pengamsal menekankan bahwa hikmat dapat dimiliki melalui kedekatan hubungan dengan Tuhan (19-26). Dengan demikian, tidak mengherankan bila pengamsal menyebut orang yang hidup dekat dengan Allah sebagai orang yang bahagia. Sebab, mereka akan beroleh berkat yang tidak ternilai, melebihi perak, emas, atau pun permata (13-18). Berkat yang mereka terima adalah umur panjang, damai sejahtera, kehormatan, dan kebahagiaan (16-18).
Renungkan: Jangan pernah menolak didikan dan peringatan dari Allah. Marilah kita menjalin relasi intim dengan Dia dan hidup seturut kehendak-Nya. Itulah kunci berkat dan hidup yang sejati.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Amsal hari ke-7