Hidup Berintegritas
( Ayub 1: 1-5 )
Kesan apa yang Anda peroleh saat membaca kisah Ayub ini? Hampir-hampir tidak percaya bukan? Sepertinya tidak pernah kita jumpai orang yang dalam segala segi kehidupannya, baik bisnis, keluarga, sosial, maupun rohani seperti Ayub. Yang sering kita jumpai atau dengar adalah bila seseorang sangat rohani biasanya ia tidak begitu berhasil dalam bisnis. Atau orang yang berhasil dalam bisnis sering berkompromi dengan nilai-nilai moral-spiritualnya.
Ayub adalah pribadi yang berintegritas. Penuturan kisah ini menggunakan empat kata untuk melukiskan integritas diri Ayub, yakni: saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (1). Karena sikapnya di hadapan Allah (spriritualitas) dan sesama saling menunjang, maka terciptalah suatu kepribadian yang bisa dipercaya dan diteladani. Perilaku kesalehan berpasangan dengan rasa takut akan Allah membentuk Ayub menjadi pribadi yang jujur dan menjauhi kejahatan. Kesalehan adalah dampak positif dari orang takut akan Allah. Sedangkan integritas moral adalah akibat dari orang yang memiliki integritas spriritual.
Kesalehan dan takut akan Allah menjadi penyebab utama keberhasilan Ayub dalam berbisnis, bergaul, dan berkeluarga. Jumlah harta yang ia miliki (2,3) menggambarkan kelimpahan sekaligus juga keterbatasan. Seberapa banyak harta yang dimiliki seseorang, hal itu bukan sesuatu yang abadi. Selain harta, Ayub juga diberkati Allah dalam hal keturunan.
Renungkan: Apakah integritas moral-spiritual yang membuat seseorang diberkati dalam kelimpahan harta. Ataukah kejujuran yang membawa seseorang berhasil dalam meraih kekayaan? Bukan keduanya, sebaliknya penundukan dirinya kepada Allah adalah rahasia kelimpahan hidup. Yang menjadi fokusnya bukan pada kelimpahan sebagai tujuan akhir, melainkan seberapa dekatnya seseorang kepada Allah. Dengan begitu, kita akan bijaksana mengelola karunia Allah.
Ayub adalah pribadi yang berintegritas. Penuturan kisah ini menggunakan empat kata untuk melukiskan integritas diri Ayub, yakni: saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (1). Karena sikapnya di hadapan Allah (spriritualitas) dan sesama saling menunjang, maka terciptalah suatu kepribadian yang bisa dipercaya dan diteladani. Perilaku kesalehan berpasangan dengan rasa takut akan Allah membentuk Ayub menjadi pribadi yang jujur dan menjauhi kejahatan. Kesalehan adalah dampak positif dari orang takut akan Allah. Sedangkan integritas moral adalah akibat dari orang yang memiliki integritas spriritual.
Kesalehan dan takut akan Allah menjadi penyebab utama keberhasilan Ayub dalam berbisnis, bergaul, dan berkeluarga. Jumlah harta yang ia miliki (2,3) menggambarkan kelimpahan sekaligus juga keterbatasan. Seberapa banyak harta yang dimiliki seseorang, hal itu bukan sesuatu yang abadi. Selain harta, Ayub juga diberkati Allah dalam hal keturunan.
Renungkan: Apakah integritas moral-spiritual yang membuat seseorang diberkati dalam kelimpahan harta. Ataukah kejujuran yang membawa seseorang berhasil dalam meraih kekayaan? Bukan keduanya, sebaliknya penundukan dirinya kepada Allah adalah rahasia kelimpahan hidup. Yang menjadi fokusnya bukan pada kelimpahan sebagai tujuan akhir, melainkan seberapa dekatnya seseorang kepada Allah. Dengan begitu, kita akan bijaksana mengelola karunia Allah.