Hati-Hati DalamBerkata-Kata
(Amsal 18: 1-24)
Rasul Yakobus pernah mengatakan bahwa lidah manusia seperti nyala api, walaupun kecil namun sanggup membakar hutan yang besar (Yak 3: 5). Artinya, perkataan kita meskipun sederhana namun dapat memberi dampak yang luar biasa.
Ucapan seseorang berhubungan erat dengan pribadi yang mengeluarkan tuturan tersebut. Dalam nas ini, Pengamsal berusaha menyadarkan serta meyakinkan pembaca bahwa mereka tidak boleh sembarangan berkata-kata. Dalam berbagai kondisi yang terjadi, perkataan seseorang mempunyai andil penting. Itu sebabnya pertimbangkan dan pahami permasalahan dengan benar dan teliti sebelum berkata-kata (13). Ingat, salah berkata-kata dapat menyebabkan konflik dalam relasi antar manusia bahkan masyarakat (6). Risiko yang harus ditanggung juga sangat berat, seperti hilangnya kepercayaan orang (19), dijauhi teman, dipukul (6), bahkan mungkin juga kematian (7). Karena itu, sebelum bercuap, ada baiknya kita juga memikirkan dampak perkataan kita bagi orang lain dan masyarakat (2).
Tutur kata yang kita keluarkan, seumpama benih yang ditabur. Bila benih yang kita tebar baik maka akan menuai hal yang baik, begitu pula sebaliknya (21). Itu sebabnya penulis meminta agar umat belajar untuk tidak suka mencela orang lain (3), berkelahi (6), menfitnah (8), sombong (12), cepat berbicara (13), atau bijak menggunakan tutur katanya untuk berseru pada TUHAN (10) sehingga orang itu mendapat berkat yang berlimpah (20).
Renungkan: Tutur kata kita merupakan cerminan jati diri kita. Sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk menjaga ucapan kita sehingga setiap perkataan yang keluar dapat menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Dengan demikian, kita dapat memberi kesaksian yang baik tentang kasih Kristus dan kebenaran Allah secara nyata melalui ujaran yang penuh hikmat.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Amsal hari ke-35
Ucapan seseorang berhubungan erat dengan pribadi yang mengeluarkan tuturan tersebut. Dalam nas ini, Pengamsal berusaha menyadarkan serta meyakinkan pembaca bahwa mereka tidak boleh sembarangan berkata-kata. Dalam berbagai kondisi yang terjadi, perkataan seseorang mempunyai andil penting. Itu sebabnya pertimbangkan dan pahami permasalahan dengan benar dan teliti sebelum berkata-kata (13). Ingat, salah berkata-kata dapat menyebabkan konflik dalam relasi antar manusia bahkan masyarakat (6). Risiko yang harus ditanggung juga sangat berat, seperti hilangnya kepercayaan orang (19), dijauhi teman, dipukul (6), bahkan mungkin juga kematian (7). Karena itu, sebelum bercuap, ada baiknya kita juga memikirkan dampak perkataan kita bagi orang lain dan masyarakat (2).
Tutur kata yang kita keluarkan, seumpama benih yang ditabur. Bila benih yang kita tebar baik maka akan menuai hal yang baik, begitu pula sebaliknya (21). Itu sebabnya penulis meminta agar umat belajar untuk tidak suka mencela orang lain (3), berkelahi (6), menfitnah (8), sombong (12), cepat berbicara (13), atau bijak menggunakan tutur katanya untuk berseru pada TUHAN (10) sehingga orang itu mendapat berkat yang berlimpah (20).
Renungkan: Tutur kata kita merupakan cerminan jati diri kita. Sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk menjaga ucapan kita sehingga setiap perkataan yang keluar dapat menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Dengan demikian, kita dapat memberi kesaksian yang baik tentang kasih Kristus dan kebenaran Allah secara nyata melalui ujaran yang penuh hikmat.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Amsal hari ke-35