Fokus Ibadah
(2 Tesalonika 2: 8-15)
Beribadah merupakan salah satu ekspresi dari relasi manusia dengan Tuhan. Karena itu, ibadah harus dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan.
Dalam iman Kristen, ibadah yang benar tidak ditentukan oleh susunan liturgi atau jenis musik yang dimainkan. Ibadah sejati berarti memfokuskan perkataan, pikiran, perasaan, dan motivasi kita pada Allah. Karena itu, Paulus menasihatkan agar setiap orang yang beribadah terlebih dahulu menyelesaikan permasalahan mereka dengan sesama (8). Agar tiap orang dapat berfokus hanya pada Allah.
Bagi wanita dinasihatkan untuk tidak memakai pakaian yang berlebihan (9). Sebab, ibadah bukan untuk menyombongkan kekayaan dan kecantikan diri. Fokus dalam ibadah bukanlah diri kita, namun Allah. Sebab itu, tiap orang (bukan hanya wanita) seharusnya mendandani diri dengan perbuatan baik (10).
Paulus juga tidak mengijinkan wanita mengajar (11-12). Hal ini berkaitan dengan konteks masa itu. Sedikit dari kaum wanita, pada zaman itu, yang mengenyam pendidikan formal maupun rohani. Akibatnya, wanita mudah terbujuk ajaran sesat yang berkembang masa itu (13-14). Untuk menjaga agar ajaran dalam jemaat tetap murni dan benar, maka tidak disarankan wanita untuk mengajar. Aturan ini sifatnya kondisional, tidak dapat berlaku dalam segala kondisi. Buktinya, Allah menggunakan Debora, Ester, dan beberapa wanita lain untuk memimpin serta melakukan rencana Allah bagi umat-Nya.
Di masa kini, mungkin tidak setiap aturan ini dapat diterapkan. Akan tetapi prinsip-prinsip dasar yang diberikan harus tetap dijalankan. Berfokus pada Tuhan (8-9), datang dengan kerendahan hati, tekun dalam iman dan kasih (15) menjadi nilai penting dalam ibadah Kristen.
Renungkan: Ibadah bukan berfokus untuk diri, namun Tuhan. Karena itu, datanglah pada-Nya dengan kesungguhan dan nikmati persekutuan bersama Allah yang hidup.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab 1 Tesalonika 1: 1-2 Timotius 4: 22 hari ke-17
Dalam iman Kristen, ibadah yang benar tidak ditentukan oleh susunan liturgi atau jenis musik yang dimainkan. Ibadah sejati berarti memfokuskan perkataan, pikiran, perasaan, dan motivasi kita pada Allah. Karena itu, Paulus menasihatkan agar setiap orang yang beribadah terlebih dahulu menyelesaikan permasalahan mereka dengan sesama (8). Agar tiap orang dapat berfokus hanya pada Allah.
Bagi wanita dinasihatkan untuk tidak memakai pakaian yang berlebihan (9). Sebab, ibadah bukan untuk menyombongkan kekayaan dan kecantikan diri. Fokus dalam ibadah bukanlah diri kita, namun Allah. Sebab itu, tiap orang (bukan hanya wanita) seharusnya mendandani diri dengan perbuatan baik (10).
Paulus juga tidak mengijinkan wanita mengajar (11-12). Hal ini berkaitan dengan konteks masa itu. Sedikit dari kaum wanita, pada zaman itu, yang mengenyam pendidikan formal maupun rohani. Akibatnya, wanita mudah terbujuk ajaran sesat yang berkembang masa itu (13-14). Untuk menjaga agar ajaran dalam jemaat tetap murni dan benar, maka tidak disarankan wanita untuk mengajar. Aturan ini sifatnya kondisional, tidak dapat berlaku dalam segala kondisi. Buktinya, Allah menggunakan Debora, Ester, dan beberapa wanita lain untuk memimpin serta melakukan rencana Allah bagi umat-Nya.
Di masa kini, mungkin tidak setiap aturan ini dapat diterapkan. Akan tetapi prinsip-prinsip dasar yang diberikan harus tetap dijalankan. Berfokus pada Tuhan (8-9), datang dengan kerendahan hati, tekun dalam iman dan kasih (15) menjadi nilai penting dalam ibadah Kristen.
Renungkan: Ibadah bukan berfokus untuk diri, namun Tuhan. Karena itu, datanglah pada-Nya dengan kesungguhan dan nikmati persekutuan bersama Allah yang hidup.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab 1 Tesalonika 1: 1-2 Timotius 4: 22 hari ke-17