Tak Sebanding
(Yeremia 49: 1-6)
Budaya Timur Dekat kuno mempercayai bahwa kemenangan suatu bangsa dipengaruhi oleh kekuatan dari dewa yang mereka sembah. Bila satu bangsa berhasil menaklukkan kerajaan yang lain, hal tersebut dianggap sebagai kemenangan dari dewa bangsa tersebut terhadap dewa bangsa yang ditaklukkan. Demikian juga saat bani Amon berhasil merebut tanah Gad, mereka meninggikan hati dengan berkata bahwa dewa mereka telah mengalahkan Allah Israel (1).
Kesombongan bani Amon kini mengundang murka Allah. Karena itu, la memerintahkan Yeremia untuk menubuatkan perang besan dan kerusakan yang melanda Raba, salah satu kota utama bani Amon (2). Selain itu, bangsa tersebut juga meninggikan hati karena merasa memiliki daerah yang lebih menguntungkan secara geografis. Itu sebabnya mereka merasa tidak ada bangsa lain yang mampu menyerang dan menaklukkan bangsa tersebut (4). Kesombongan mereka dihancurkan seketika oleh Tuhan melalui tangan bangsa lain (5), bahkan dewa mereka pun dibawa ke pembuangan. Hal tersebut membuktikan bahwa segala hal yang mereka banggakan ternyata tidak memiliki kuasa apapun untuk menyelamatkan bangsa tersebut.
Kehancuran bani Amon juga menjadi teguran keras bagi Israel sebab sikap mereka tidak jauh berbeda dengan bangsa tersebut. Penghakiman Allah bagi negara-negara kuno juga menjadi pelajaran bagi orang percaya di masa kini untuk tidak sombong dan menyembah ilah lain. Kepandaian, kekayaan, kekuatan, dan segala hal di dunia ini tidak
dapat menjadi pegangan yang kuat untuk menyelamatkan seseorang dari hukuman Tuhan. Hanya iman kepada Kristus yang mampu menyelamatkan orang berdosa dari hukuman Tuhan.
Camkan: Kesombongan dan penyembahan ilah lain hanya akan berujung pada kehancuran. Karena itu, tetaplah rendah hati dan belajar menjadi pribadi yang serupa dengan Kristus.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Yeremia Bagian ke-2 hari ke-29
Kesombongan bani Amon kini mengundang murka Allah. Karena itu, la memerintahkan Yeremia untuk menubuatkan perang besan dan kerusakan yang melanda Raba, salah satu kota utama bani Amon (2). Selain itu, bangsa tersebut juga meninggikan hati karena merasa memiliki daerah yang lebih menguntungkan secara geografis. Itu sebabnya mereka merasa tidak ada bangsa lain yang mampu menyerang dan menaklukkan bangsa tersebut (4). Kesombongan mereka dihancurkan seketika oleh Tuhan melalui tangan bangsa lain (5), bahkan dewa mereka pun dibawa ke pembuangan. Hal tersebut membuktikan bahwa segala hal yang mereka banggakan ternyata tidak memiliki kuasa apapun untuk menyelamatkan bangsa tersebut.
Kehancuran bani Amon juga menjadi teguran keras bagi Israel sebab sikap mereka tidak jauh berbeda dengan bangsa tersebut. Penghakiman Allah bagi negara-negara kuno juga menjadi pelajaran bagi orang percaya di masa kini untuk tidak sombong dan menyembah ilah lain. Kepandaian, kekayaan, kekuatan, dan segala hal di dunia ini tidak
dapat menjadi pegangan yang kuat untuk menyelamatkan seseorang dari hukuman Tuhan. Hanya iman kepada Kristus yang mampu menyelamatkan orang berdosa dari hukuman Tuhan.
Camkan: Kesombongan dan penyembahan ilah lain hanya akan berujung pada kehancuran. Karena itu, tetaplah rendah hati dan belajar menjadi pribadi yang serupa dengan Kristus.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Yeremia Bagian ke-2 hari ke-29