Cara Tuhan yang berlaku!
(1 Samuel 26: 1-25)
Asumsi sebagian orang, hanya orang bodoh yang membiarkan kesempatan itu berulang kali hadir di depan mata. Kondisi itulah yang terjadi pada diri Daud. Ini kali kedua Daud mendapatkan kesempatan membinasakan Saul, tetapi ia mengabaikan peluang emas tersebut. Dengan membunuh Saul, penderitaan Daud segera berakhir dan ia tidak perlu menunggu terlalu lama lagi untuk naik takhta.
Tetapi, cara berpikir Daud berbeda dari pola pikir kebanyakan orang yang cenderung memikirkan kepentingan sendiri. Daud bukanlah orang yang gegabah dan main hakim sendiri. Ia adalah orang yang takut akan Tuhan, sehingga dirinya tidak akan semena-mena menghabisi orang yang pernah diurapi Tuhan. Ia mendahulukan Tuhan yang berdaulat atas milik-Nya (9, 11). Ia percaya dan menunggu waktu Tuhan, bahwa akan tiba saatnya Saul menerima hukuman Tuhan atas kejahatannya (10).
Dengan hikmat Tuhan , perkataan Daud kepada Saul membukakan pikiran dan hati Saul. Pertama, tindakan Saul memburu Daud buknlah kehendak Tuhan, melainkan hawa nafsu manusia (19-20). Kedua, tindakan Daud tidak membinasakan Saul walau kesempatan terbuka lebar membuktikan, bahwa kecurigaan Saul kepadanya sama sekali tidak beralasan (23-24). Hasilnya, Saul mengakui bahwa ia telah berdosa, berlaku bodoh, dan sesat pikiran (21).
Cara Tuhan bekerja melampaui akal budi manusia. Kita tidak sanggup menyelami kecemerlangan hikmat Tuhan. Itulah terakhir kali Saul mengejar-ngejar Daud. Sekarag Daud sudah terbebas dari cengkeraman kedengkian dan kecemburan Saul. Tuhan tidak pernah tinggal diam melihat anak-anak-Nya ditindas oleh kelaliman orang-orang bebal. Dia memiliki cara jitu untuk menolong umat-Nya. Namun, Dia mengharapkan ketaatan total atas umat-Nya dengan cara dan waktu-Nya. Karena itu, janganlah mengacaukan hidup kita dengan berupaya menyelesaikan masalah dengan kepintaran sendiri.
Tetapi, cara berpikir Daud berbeda dari pola pikir kebanyakan orang yang cenderung memikirkan kepentingan sendiri. Daud bukanlah orang yang gegabah dan main hakim sendiri. Ia adalah orang yang takut akan Tuhan, sehingga dirinya tidak akan semena-mena menghabisi orang yang pernah diurapi Tuhan. Ia mendahulukan Tuhan yang berdaulat atas milik-Nya (9, 11). Ia percaya dan menunggu waktu Tuhan, bahwa akan tiba saatnya Saul menerima hukuman Tuhan atas kejahatannya (10).
Dengan hikmat Tuhan , perkataan Daud kepada Saul membukakan pikiran dan hati Saul. Pertama, tindakan Saul memburu Daud buknlah kehendak Tuhan, melainkan hawa nafsu manusia (19-20). Kedua, tindakan Daud tidak membinasakan Saul walau kesempatan terbuka lebar membuktikan, bahwa kecurigaan Saul kepadanya sama sekali tidak beralasan (23-24). Hasilnya, Saul mengakui bahwa ia telah berdosa, berlaku bodoh, dan sesat pikiran (21).
Cara Tuhan bekerja melampaui akal budi manusia. Kita tidak sanggup menyelami kecemerlangan hikmat Tuhan. Itulah terakhir kali Saul mengejar-ngejar Daud. Sekarag Daud sudah terbebas dari cengkeraman kedengkian dan kecemburan Saul. Tuhan tidak pernah tinggal diam melihat anak-anak-Nya ditindas oleh kelaliman orang-orang bebal. Dia memiliki cara jitu untuk menolong umat-Nya. Namun, Dia mengharapkan ketaatan total atas umat-Nya dengan cara dan waktu-Nya. Karena itu, janganlah mengacaukan hidup kita dengan berupaya menyelesaikan masalah dengan kepintaran sendiri.