Allah Mengendalikan Segala Sesuatu
(Keluaran 10: 21-29)
Tulah-tulah yang ada di dalam kisah-kisah ini merupakan pernyataan kemahakuasaan Tuhan atas ketidakmampuan manusia. Tulah-tulah yang diberikan meningkat semakin berat, beranjak dari yang pertama hingga yang terakhir.
Bagi Israel tulah gelap gulita mengingatkan mereka akan penciptaan. Kejadian 1: 1-2 membeberkan keberadaan dunia pada awalnya dan gelap gulita menjadi ciri dunia yang belum berbentuk. Gelap gulita menjadi lambang dari keadaan dunia yang kacau sebelum penciptaan.
Di dalam tulah yang kesembilan ini, gelap gulita yang begitu dahsyat berlangsung selama tiga hari tanpa jeda, baik pada waktu pagi maupun siang (22). Ketika tulah belalang datang, Mesir juga mengalami kegelapan (5, 15). Namun, gelap gulita pada tulah kesembilan ini jauh lebih pekat sehingga membuat seseorang tidak bisa melihat apa-apa yang ada di sekitarnya (23). Yang luar biasa adalah kegelapan tidak meliputi pemukiman Israel. Ini adalah anugerah Allah bagi umat-Nya (23).
Tulah ini merupakan puncak dari tulah-tulah alami sebelumnya. Gelap gulita yang melambangkan kekacauan ini ternyata dikendalikan oleh Allah. Seharusnya Firaun sadar bahwa dewa terang/matahari yang mereka sembah justru tunduk pada kuasa kendali Allah. Ia seharusnya sadar bahwa ia tidak bisa menahan lagi kehendak Allah agar orang Israel keluar dari Mesir. Memang sesaat Firaun merespons dengan mengizinkan mereka pergi, tetapi disertai dengan syarat-syarat yang tidak masuk akal. Ternyata Firaun tidak berubah, ia tetap mengeraskan hati (24-27).
Tuhan berdaulat atas dunia ini. Ia pun dapat memakai kekacauan untuk menghukum orang-orang yang mengeraskan hati dan tetap tinggal di dalam dosa. Namun Ia juga dapat melindungi anak-anak-Nya berserah penuh pada-Nya dalam situasi yang penuh kekacauan ini.
Peringatan: Jangan keraskan hati kita melawan kekuatan Allah. Tunduk dan bertobatlah sebelum Allah menghancurkan kita.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Keluaran hari ke-16
Bagi Israel tulah gelap gulita mengingatkan mereka akan penciptaan. Kejadian 1: 1-2 membeberkan keberadaan dunia pada awalnya dan gelap gulita menjadi ciri dunia yang belum berbentuk. Gelap gulita menjadi lambang dari keadaan dunia yang kacau sebelum penciptaan.
Di dalam tulah yang kesembilan ini, gelap gulita yang begitu dahsyat berlangsung selama tiga hari tanpa jeda, baik pada waktu pagi maupun siang (22). Ketika tulah belalang datang, Mesir juga mengalami kegelapan (5, 15). Namun, gelap gulita pada tulah kesembilan ini jauh lebih pekat sehingga membuat seseorang tidak bisa melihat apa-apa yang ada di sekitarnya (23). Yang luar biasa adalah kegelapan tidak meliputi pemukiman Israel. Ini adalah anugerah Allah bagi umat-Nya (23).
Tulah ini merupakan puncak dari tulah-tulah alami sebelumnya. Gelap gulita yang melambangkan kekacauan ini ternyata dikendalikan oleh Allah. Seharusnya Firaun sadar bahwa dewa terang/matahari yang mereka sembah justru tunduk pada kuasa kendali Allah. Ia seharusnya sadar bahwa ia tidak bisa menahan lagi kehendak Allah agar orang Israel keluar dari Mesir. Memang sesaat Firaun merespons dengan mengizinkan mereka pergi, tetapi disertai dengan syarat-syarat yang tidak masuk akal. Ternyata Firaun tidak berubah, ia tetap mengeraskan hati (24-27).
Tuhan berdaulat atas dunia ini. Ia pun dapat memakai kekacauan untuk menghukum orang-orang yang mengeraskan hati dan tetap tinggal di dalam dosa. Namun Ia juga dapat melindungi anak-anak-Nya berserah penuh pada-Nya dalam situasi yang penuh kekacauan ini.
Peringatan: Jangan keraskan hati kita melawan kekuatan Allah. Tunduk dan bertobatlah sebelum Allah menghancurkan kita.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Keluaran hari ke-16