Akibat Dosa
(Hosea 8: 1-14)
Seorang filsuf ternama pernah berkata bahwa manusia dikutuk karena kebebasannya. Ia harus mengupayakan kesejahteraan dirinya. Ungkapan ateistik ini sebagai konsekuensi penolakan kebergantungan mutlak kepada Allah. Hal ini senada dengan Pengkhotbah yang menyatakan kesia-siaan untuk segala hal yang dilakukan di bawah matahari tanpa memperhitungkan Tuhan sama sekali. Ini yang disebut nihilisme!
Apa yang dialami oleh Israel karena penolakannya terhadap Tuhan mereka adalah nihilisme. Mereka sedang membinasakan diri mereka sendiri karena menolak Allah, Pencipta dan Pemilik hidup, sumber satu-satunya untuk kehidupan di bawah kolong langit ini (14a). Bagaimana mereka menolak Allah? Mereka melanggar Perjanjian Sinai yang mengikatkan mereka dengan Allah untuk beribadah kepada Tuhan dan berperilaku sebagai umat-Nya (8). Mereka menolak kepemimpinan Allah dengan mengangkat raja manusia atas mereka (4a; bnd. 1 Sam 8: 7). Mereka membuat dan menyembah berhala (4b) serta menolak firman Allah (12). Bagi Israel penolakan itu berakibat kehancuran mereka yang tidak dapat dielakkan! Penolakan mereka berakibat penolakan Allah atas mereka. Tuhan menolak ibadah mereka yang hakikatnya penyembahan berhala (4-6,11-13). Tuhan menggagalkan usaha mereka menyejahterakan diri mereka sendiri (7), serta usaha mereka membangun keamanan negeri mereka (8-10, 14).
Renungkan: Orang bebal berkata dalam hatinya, “Tidak ada Allah” (Mzm. 53: 2). Pernyataan pemazmur memang tepat. Menolak Allah berarti menghancurkan diri sendiri. Sebaliknya, menerima Allah berarti menjadikan Allah sebagai Tuhan atas hidup kita. Marilah kita introspeksi diri. Adakah hal-hal yang merupakan wujud penolakan kita atas kedaulatan-Nya dalam hidup ini? Akui, dan lepaskan semua itu demi ketaatan mutlak kita pada Tuhan!
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Daniel - Yunus hari ke-25
Apa yang dialami oleh Israel karena penolakannya terhadap Tuhan mereka adalah nihilisme. Mereka sedang membinasakan diri mereka sendiri karena menolak Allah, Pencipta dan Pemilik hidup, sumber satu-satunya untuk kehidupan di bawah kolong langit ini (14a). Bagaimana mereka menolak Allah? Mereka melanggar Perjanjian Sinai yang mengikatkan mereka dengan Allah untuk beribadah kepada Tuhan dan berperilaku sebagai umat-Nya (8). Mereka menolak kepemimpinan Allah dengan mengangkat raja manusia atas mereka (4a; bnd. 1 Sam 8: 7). Mereka membuat dan menyembah berhala (4b) serta menolak firman Allah (12). Bagi Israel penolakan itu berakibat kehancuran mereka yang tidak dapat dielakkan! Penolakan mereka berakibat penolakan Allah atas mereka. Tuhan menolak ibadah mereka yang hakikatnya penyembahan berhala (4-6,11-13). Tuhan menggagalkan usaha mereka menyejahterakan diri mereka sendiri (7), serta usaha mereka membangun keamanan negeri mereka (8-10, 14).
Renungkan: Orang bebal berkata dalam hatinya, “Tidak ada Allah” (Mzm. 53: 2). Pernyataan pemazmur memang tepat. Menolak Allah berarti menghancurkan diri sendiri. Sebaliknya, menerima Allah berarti menjadikan Allah sebagai Tuhan atas hidup kita. Marilah kita introspeksi diri. Adakah hal-hal yang merupakan wujud penolakan kita atas kedaulatan-Nya dalam hidup ini? Akui, dan lepaskan semua itu demi ketaatan mutlak kita pada Tuhan!
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Daniel - Yunus hari ke-25