Akhir Sebuah Pujian
(Mazmur 150)
Mazmur ini dimulai dan diakhiri dengan kata “haleluya”, suatu seruan untuk memuji Tuhan. Dari awal hingga akhir paling sedikit ada 10 kata “puji” yang muncul. Seakan-akan pemazmur ingin mengatakan ini: “Anda bisa saja melupakan apa yang tertulis dalam mazmur-mazmur yang telah Anda baca. Jangan pernah lupakan bahwa sangat penting bagi iman yang autentik untuk memuji Allah!” Ayat 1 mengkonfrontasi kita dengan sebuah pertanyaan yang terbuka. Tidak ada keraguan bahwa “cakrawala-Nya yang kuat” melambangkan langit sebagaimana dalam Kej. 1: 6 dinyatakan. Namun apa yang dimaksud dengan “tempat kudus”? tampaknya, pemazmur menyejajarkan tempat kudus ini ke tempat kudus di bumi, yaitu Bait Allah di Yerusalem, tempat orang-orang memuji Allah. Perlu kita ketahui dan ingat bahwa Bait Allah di bumi dianggap sebagai cerminan dari Bait Allah surgawi, takhta Allah Yang Mahatinggi.
Sebagaimana telah kita lihat dalam mazmur-mazmur sebelumnya, panggilan untuk memuji Allah didukung oleh alasan yang penting dan niscaya perlu. Alasan dalam ayat 2 merupakan alasan yang umum yang dapat di isi secara pribadi berdasarkan pengalaman masing-masing orang. Alasan ini memusatkan diri pada perbuatan-perbuatan yang ajaib dan keagungan yang luar biasa. Keduanya berbicara tentang kuasa yang di luar pemahaman manusia. Dalam ayat 3-5, orkestra Bait Allah diundang untuk memberikan sumbangannya ke puji-pujian bait Allah. Tidak ada musik atau alat musik, betapa pun memberikan inspirasi, dapat cukup menjadi alat untuk mengungkapkan pujian kepada Allah. Musik tersebut harus digabung dengan semua yang bernafas. Nafas hidup adalah pemberian Allah bagi semua makhluk, dan itu adalah anugerah (Kej. 7: 22). Pujian haleluya yang sejati haruslah paduan suara alam semesta.
Renungkan: Akhir sebuah pujian yang sejati adalah gema pujian yang tidak berkesudahan, mengajak semua makhluk bersatu irama memuji Yang Kuasa.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Mazmur Bagian ke-3 hari ke-60
Sebagaimana telah kita lihat dalam mazmur-mazmur sebelumnya, panggilan untuk memuji Allah didukung oleh alasan yang penting dan niscaya perlu. Alasan dalam ayat 2 merupakan alasan yang umum yang dapat di isi secara pribadi berdasarkan pengalaman masing-masing orang. Alasan ini memusatkan diri pada perbuatan-perbuatan yang ajaib dan keagungan yang luar biasa. Keduanya berbicara tentang kuasa yang di luar pemahaman manusia. Dalam ayat 3-5, orkestra Bait Allah diundang untuk memberikan sumbangannya ke puji-pujian bait Allah. Tidak ada musik atau alat musik, betapa pun memberikan inspirasi, dapat cukup menjadi alat untuk mengungkapkan pujian kepada Allah. Musik tersebut harus digabung dengan semua yang bernafas. Nafas hidup adalah pemberian Allah bagi semua makhluk, dan itu adalah anugerah (Kej. 7: 22). Pujian haleluya yang sejati haruslah paduan suara alam semesta.
Renungkan: Akhir sebuah pujian yang sejati adalah gema pujian yang tidak berkesudahan, mengajak semua makhluk bersatu irama memuji Yang Kuasa.
Sumber: Santapan Harian edisi Kitab Mazmur Bagian ke-3 hari ke-60