DOA DAN PUASA DALAM PERSPEKTIF KRISTEN
Sewaktu kita berbicara tentang hal berpuasa, pernahkah kita bertanya apa yang dimaksudkan dengan puasa itu sebenarnya? Kapan puasa pertama kali dilakukan? Apakah puasa itu miliknya orang Kristen? Secara mendasar, puasa pada dasarnya adalah sebuah tindakan yang disengaja dalam hal berpantang makan makanan tertentu yang berlatar belakang keagamaan, budaya, politik dan alasan kesehatan. Tidak diketahui secara pasti kapan dan siapa yang memulai praktik berpuasa pada mulanya.
Namun kita bisa melihat bahwa praktik puasa sudah dilakukan sejak lama dan dapat kita di berbagai budaya masyarakat dunia manapun. Contohnya dalam tradisi Yahudi yang bernama Yom Kippur atau hari penebusan yang dicatat di Imamat 16:29-31, orang-orang Muslim juga berpuasa selama bulan Ramadan dan puasa yang dilakukan oleh kalangan umat Hindu dari kasta Brahmana. Jadi dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa puasa merupakan praktik keagamaan yang sifatnya universal. Jika memang demikian apakah makna puasa bagi orang Kristen? Ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui sebelum menjawab pertanyaan tadi.
Pertama, Tuhan Yesus tidak pernah memerintahkan para pengikut-Nya untuk melakukan puasa. Petunjuknya dapat kita lihat di Matius 9:14-17 di mana murid-murid Yohanes Pembaptis mempertanyakan mengapa murid-murid Tuhan Yesus tidak berpuasa seperti yang dilakukan oleh mereka dan orang-orang Farisi. Hal ini mengindikasikan kalau murid-murid Tuhan Yesus tidak dituntut untuk melakukan puasa layaknya murid-murid Yohanes Pembaptis. Namun di bagian lain, Kisah Para Rasul memperkenalkan puasa sebagai sesuatu yang baik dan perlu dilakukan. Para rasul dan orang-orang percaya pada waktu itu melakukan doa dan puasa sebelum mereka mengambil keputusan-keputusan yang penting (Kis. 13:4; 14:23).
Kedua, seringkali fokus dari puasa hanya mengarah kepada kegiatan tidak makan dan tidak minum. Padahal tujuan dari puasa sebenarnya adalah supaya pandangan mata, pikiran dan hati kita dilepaskan dari hal-hal duniawi dan diarahkan kepada Allah. Dengan kata lain, puasa merupakan salah satu upaya dalam kita mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, puasa tidak semata-mata berkaitan dengan ketiadaan makan dan minum. Tetapi lebih kepada melepaskan diri dari hal-hal duniawi yang cenderung mengikat kita agar akhirnya kita dapat didorong untuk menjadi lebih dekat kepada Allah.
Ketiga, puasa juga bukan tindakan dalam rangka menghukum diri. Melainkan, dengan berpuasa kita menyatakan kepada diri kita dan kepada Allah akan keseriusan kita dalam menjalin relasi dengan-Nya. Oleh sebab itu puasa memiliki kaitan yang erat dengan doa (Luk. 2:37; 5:33). Karena tujuan puasa adalah untuk mendekatkan kita dengan Allah, maka praktik puasa seharusnya selalu dilakukan dengan kegiatan berdoa dan membaca firman-Nya.
Doa dan puasa yang kita lakukan bukan untuk mengubah Allah atau memaksakan kehendak kita yang jadi. Melainkan untuk mengubah kita menjadi seperti yang diinginkan Allah di mana kita melakukan introspeksi terhadap diri sendiri dan supaya kita peka terhadap kehendak Allah dalam diri kita. Jadi puasa dalam sudut pandang Kekristenan bermakna sebagai latihan rohani yang mendorong diri kita menjadi lebih dekat dan fokus kepada Allah.
Kesimpulan ringkasnya, walaupun Alkitab tidak menetapkan puasa sebagai sebuah keharusan, namun Alkitab merekomendasikan puasa sebagai tindakan yang baik dan berguna bagi hidup kerohanian kita. Puasa tidak selalu berkaitan dengan tidak makan dan tidak minum melainkan melepaskan diri dari hal-hal kedagingan yang mengikat kita agar berfokus kepada Allah. Puasa juga memiliki kaitan erat dengan doa. Melalui doa dan puasa, kita diundang untuk ikut berbagian dengan Tuhan Yesus dalam hal penyangkalan diri dan pengurbanan-Nya. Melalui doa dan puasa, kita diundang untuk mendekat kepada Allah dan mendoakan dunia ini dan orang-orang yang ada di dalamnya. Selamat berpuasa, selamat mendekat kepada Allah dan menjalin relasi dengan-Nya. Amin.
Bandung, 03.04.2017
Tedy Ho
Namun kita bisa melihat bahwa praktik puasa sudah dilakukan sejak lama dan dapat kita di berbagai budaya masyarakat dunia manapun. Contohnya dalam tradisi Yahudi yang bernama Yom Kippur atau hari penebusan yang dicatat di Imamat 16:29-31, orang-orang Muslim juga berpuasa selama bulan Ramadan dan puasa yang dilakukan oleh kalangan umat Hindu dari kasta Brahmana. Jadi dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa puasa merupakan praktik keagamaan yang sifatnya universal. Jika memang demikian apakah makna puasa bagi orang Kristen? Ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui sebelum menjawab pertanyaan tadi.
Pertama, Tuhan Yesus tidak pernah memerintahkan para pengikut-Nya untuk melakukan puasa. Petunjuknya dapat kita lihat di Matius 9:14-17 di mana murid-murid Yohanes Pembaptis mempertanyakan mengapa murid-murid Tuhan Yesus tidak berpuasa seperti yang dilakukan oleh mereka dan orang-orang Farisi. Hal ini mengindikasikan kalau murid-murid Tuhan Yesus tidak dituntut untuk melakukan puasa layaknya murid-murid Yohanes Pembaptis. Namun di bagian lain, Kisah Para Rasul memperkenalkan puasa sebagai sesuatu yang baik dan perlu dilakukan. Para rasul dan orang-orang percaya pada waktu itu melakukan doa dan puasa sebelum mereka mengambil keputusan-keputusan yang penting (Kis. 13:4; 14:23).
Kedua, seringkali fokus dari puasa hanya mengarah kepada kegiatan tidak makan dan tidak minum. Padahal tujuan dari puasa sebenarnya adalah supaya pandangan mata, pikiran dan hati kita dilepaskan dari hal-hal duniawi dan diarahkan kepada Allah. Dengan kata lain, puasa merupakan salah satu upaya dalam kita mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, puasa tidak semata-mata berkaitan dengan ketiadaan makan dan minum. Tetapi lebih kepada melepaskan diri dari hal-hal duniawi yang cenderung mengikat kita agar akhirnya kita dapat didorong untuk menjadi lebih dekat kepada Allah.
Ketiga, puasa juga bukan tindakan dalam rangka menghukum diri. Melainkan, dengan berpuasa kita menyatakan kepada diri kita dan kepada Allah akan keseriusan kita dalam menjalin relasi dengan-Nya. Oleh sebab itu puasa memiliki kaitan yang erat dengan doa (Luk. 2:37; 5:33). Karena tujuan puasa adalah untuk mendekatkan kita dengan Allah, maka praktik puasa seharusnya selalu dilakukan dengan kegiatan berdoa dan membaca firman-Nya.
Doa dan puasa yang kita lakukan bukan untuk mengubah Allah atau memaksakan kehendak kita yang jadi. Melainkan untuk mengubah kita menjadi seperti yang diinginkan Allah di mana kita melakukan introspeksi terhadap diri sendiri dan supaya kita peka terhadap kehendak Allah dalam diri kita. Jadi puasa dalam sudut pandang Kekristenan bermakna sebagai latihan rohani yang mendorong diri kita menjadi lebih dekat dan fokus kepada Allah.
Kesimpulan ringkasnya, walaupun Alkitab tidak menetapkan puasa sebagai sebuah keharusan, namun Alkitab merekomendasikan puasa sebagai tindakan yang baik dan berguna bagi hidup kerohanian kita. Puasa tidak selalu berkaitan dengan tidak makan dan tidak minum melainkan melepaskan diri dari hal-hal kedagingan yang mengikat kita agar berfokus kepada Allah. Puasa juga memiliki kaitan erat dengan doa. Melalui doa dan puasa, kita diundang untuk ikut berbagian dengan Tuhan Yesus dalam hal penyangkalan diri dan pengurbanan-Nya. Melalui doa dan puasa, kita diundang untuk mendekat kepada Allah dan mendoakan dunia ini dan orang-orang yang ada di dalamnya. Selamat berpuasa, selamat mendekat kepada Allah dan menjalin relasi dengan-Nya. Amin.
Bandung, 03.04.2017
Tedy Ho